Fitri Pacrisia
Jumat, 13 Januari 2017
[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
1. Artikel Aliran Materialisme
2. Revisi Aliran Materialisme
3. Kota Serang
4. Pertanyaan
5. Orasi
6. Kajian Filsafat Pancasila
7. Pertanyaan
8. Power Point Aliran Materialisme ( dikirim via Email)
9. Aliran Idealisme
10.The My Hero Project Mohammad Hatta
11.Filsafat Politik sebagai Filsafat Kesadaran
12.FILSAFAT MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
13Membangun Dunia dengan Filsafat Pendidikan Matematika
14. Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
15.Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan
16.Pendidikan sebagai Hak Asasi Manusia
17.Provinsi Banten
18. Pentingnya Pendidikan Moral Di Era Globalisasi
19.PUISI UNTUK IBU : TERIMAKASIH IBU
20.Problematika Pendidikan di Indonesia
21.Filsafat diluar Yunani
22.10 jenis aliran Filsafat yang mengubah pola pikir manusia
23. FILSAFAT FENOMENOLOGI
24.Aliran Rekontruksionisme
25.Filsafat Metafisika
26.PERMASALAHAN FILSAFAT, SISTEMATIKA FILSAFAT, ATAU FILSAFAT SISTEMATIS
27.Filsafat Hidup Rasulullah SAW
28.FILSAFAT BARAT ABAD PERTENGAHAN
29.PEMIKIRAN FILSAFAT TIMUR
30.Aksiologi ( Filsafat Ilmu )
31.Wujud Akulturasi Masyarakat Muslim Cikoneng (kearifan lokal filsafat)
32.PENGANTAR FILSAFAT
33.Aliran Monisme
34.FILSAFAT LOGIKA
35.Filsafat Pendidikan Pancasila Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Nasional
36.Aliran Eksistensialisme dengan pendidikan
37.Filsafat Analitis (Filsafat Dewasa Ini )
38.KAJIAN ONTOLOGIS MATEMATIKA
39. Pandangan Epistemologi Essensialisme
40.FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENDIDIKAN
41.Cabang-Cabang Filsafat
42.TOKOH-TOKOH FILSAFAT PENDIDIKAN
43.Sejarah Filsafat Berdasarkan Kurun Waktu
44.FILSAFAT HIDUP
45.Filsafat Ilmu Pada Zaman Klasik
46.Sarana Berfikir Ilmiah
47.3(tiga) domain kajian filsafat ilmu
48.TEORI NILAI ( AKSIOLOGI )
49.Aliran krititisme oleh Immanuel Kant
50.Aliran Rekontruksionisme
51.Aliran Perennialisme
52.Kajian Ontologis : Dahulu dan Masa Kini
53.KAJIAN TEMATIK FILSAFAT
54.Si Lengket Bermetemorfosis
55.Seni Rampak Bedug Sebagai Media Dakwah di Banten
56.ALIRAN INTUISIONALISME
57.FILSAFAT KONTEMPORER
58.POSMODERNISME (Krisis dan Masa Depan Pengetahuan)
59. Strukturalisme (Aliran Pemikiran)
60.Filsafat Pra Socrates (Filosof Alam)
61.MENGENAL MASJID AGUNG BANTEN SERTA GEOMETRI NYA
62.MENGENAL BATIK BANTEN
63.MENGENAL SUKU BADUY DILIHAT DARI PENGGUNAAN BAHASA, CARA BERPAKAIAN, MATA PENCAHARIAN DAN PERNIKAHAN
64.Sejarah Singkat suku Baduy ( urang Kanekes )
65.HUBUNGAN ETIKA, MORAL, NORMA DAN KESUSILAAN
66.POST-POSITIVISME (Ilmu Filsafat)
67. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU
68.PENALARAN DAN LOGIKA DALAM FILSAFAT
69.EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, AKSIOLOGI, PENGETAHUAN FILSAFAT
70.Tempat Wisata Air Terjun atau Curug di Banten
71.Asal Muasal Karang Bolong di Anyer Banten
72.Ilmu Hitung Masyarakat Baduy
73. Legenda Gunung Pinang Banten
74.filosofi kehidupan
75.Toleransi Beragama
76.Filsafat Hukum Islam
77.Cinta dan Filsafat
78.HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN FILSAFAT
79.Filsafat Ekonomi
80.Gapura Banten
81.Filsafat hukum
82.Filsafat Dalam Budaya
83,Filsafat ketuhanan
84.Asal-usul Nama Anyar (kampung halaman)
85.Peran Logika dalam Filsafat
86.Peran Filsafat Dalam Implementasi Kurikulum 2013
87.SUNDA WIWITAN
88.Manfaat dan Objek Kajian Filsafat Pendidikan
89.Filsafat Penelitian
90.Cara Kerja Fisafat Dan Filsafat ILmu Pengetahuan
91.FILSAFAT PANCASILA
92.METODE KERAGUAN (SKEPTISISME) DESCARTES
93.ADEQUASI ILMU: DOGMATISME, DIALEKTISISME DAN SKEPTISISME
94. SINIS DAN SKEPTISISME
95.Metode Skeptisisme di dalam Filsafat Modern
96.Filsafat Kaum Sofis Dan Sokrates
97.Produk Pemikiran Filsafat
98.Kebenaran Filsafat
99.Filsafat : Hati dan Akal
100.Filsafat Metafisika Dalam Pendidikan
101. Aliran Perennialisme Dan Ilmu Pengetahuan
102.Kematian Berdampak Masalah
103.Tiga Kebenaran Filsafat
104.Kebenaran dari Pikiran yang Salah
105.Memimpin Ibarat Menanam Pohon
106.Belajarlah dari Padi
107.Ketika Sila Ke 5 Menghilang dari Negara Ini
108.Benarkah Filsafat Musuh Agama?
109.Lahir dan Runtuhnya Waktu
110.Ciri-ciri berpikir filsafat
111.Tugas Uas 10 Pertanyaan beserta Jawabannya ( dikirim Via Email )
Kamis, 12 Januari 2017
Ciri-ciri berpikir filsafat
Ciri-ciri berpikir filsafat
Orang yang berpikir filsafat paling
tidak harus mengindahkan ciri-ciri berpikir sebagai berikut:
1. Berpikir filsafat Radikal. Yaitu
berpikir sampai keakar-akarnya, sampai pada hakekat atau sustansi, esensi yang
dipikirkan. Sifat filsafat adalah radikal atau mendasar, bukan sekedar
mengetahui mengapa sesuatu menjadi demikian, melainkan apa sebenarnya sesuatu
itu, apa maknanya.
2. Berpikir filsafat Universal. Yaitu
berpikir kefilsafatan sebagaimana pengalaman umumnya.
Misalnya melakukan penalaran dengan
menggunakan rasio atau empirisnya, bukan menggunakan intuisinya. Sebab, orang
yang dapat memperoleh kebenaran dengan menggunakan intuisinya tidaklah umum di
dunia ini. Hanya orang tertentu saja.
3. Berpikir filsafat Konseptual.
Yaitu dapat berpikir melampaui batas pengalaman sehari-hari manusia, sehingga
menghasilkan pemikiran baru yang terkonsep.
4. Berpikir filsafat Koheren dan
Konsisten. Yaitu berpikir kefilsafatan harus sesuai dengan kaedah berpikir
(logis) pada umumnya dan adanya saling kait-mait antara satu konsep dengan
konsep lainnya.
5. Berpikir filsafat Sistematis.
Yaitu dalam berpikir kefilsafatan antara satu konsep dengan konsep yang lain
memiliki keterkaitan berdasarkan azas keteraturan untuk mengarah suatu tujuan
tertentu.
6. Berpikir filsafat Komprehensif.
Yaitu dalam berpikir filsafat, hal, bagian, atau detail-detail yang dibicarakan
harus mencakup secara menyeluruh sehingga tidak ada lagi bagian-bagian yang
tersisa ataupun yang berada diluarnya.
7. Berpikir filsafat Bebas. Yaitu
dalam berpikir kefilsafatan tidak ditentukan, dipengaruhi, atau intervensi oleh
pengalaman sejarah ataupun pemikiran-pemikiran yang sebelumnya, nilai-nilai
kehidupan social budaya, adat istiadat, maupun religious.
8. Berpikir filsafat
Bertanggungjawab. Yaitu dalam berpikir kefilsafatan harus bertanggungjawab
terutama terhadap hati nurani dan kehidupan sosial.
Penalaran
1. Hakikat Penalaran
Penalaran merupakan suatu kegiatan
berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan.
2. Ciri-ciri Penalaran
Adanya suatu pola berpikir yang
secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir
logis).
Sifat analitik dari proses berpikir.
Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan
langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara
analitik.
Cara berpikir masyarakat dapat dibagi
menjadi 2, yaitu : Analitik dan Non analitik. Sedangkan jika ditinjau dari
hakekat usahanya, dapat dibedakan menjadi : Usaha aktif manusia dan apa yang
diberikan.
Penalaran Ilmiah sendiri dapat dibagi
menjadi 2, yaitu :
1. Deduktif yang berujung pada
rasionalisme
2. Induktif yang berujung pada empirisme
Logika
Logika berasal dari bahasa Yunani
yaitu LOGOS yang berarti ilmu. Logika pada dasarnya filsafat berpikir. Berpikir
berarti melakukan suatu tindakan yang memiliki suatu tujuan. Jadi pengertian
Logika adalah ilmu berpikir / cara berpikir dengan berbagai tindakan yang
memiliki tujuan tertentu.
Logika induksi : Cara berfikir dimana
ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual.
Logika deduktif : Cara berfikir
dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus.
Teori Kebenaran
Teori kebenaran Korespondensi. Yaitu
pengetahuan mempunyai nilai benar apabila pengetahuan itu mempunyai saling
kesesuaian dengan obyek atau kenyataan yang diketahui. Contoh: Gigi berada
didalam mulut, tidak dikaki.
Teori kebenaran Koherensi. Yaitu
pengetahuan mempunyai nilai benar apabila pengetahuan itu mempunyai hubungan
dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya dan dinyatakan pula bernilai
benar.
Teori kebenaran Pragmatis. Yaitu
pengetahuan bernilai benar apabila pengetahuan itu dinyatakan dapat
dipergunakan dalam kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam hal ini kebenaran pragmatis
tidak mempermasalahkan pentingnya hakikat kebenaran, tetapi yang lebih
diutamakan adalah tentang berguna atau tidaknya suatu pengetahuan itu. Contoh:
Pena dianggap benar bila dapat digunakan untuk menulis.
Teori kebenaran Sintaksis. Yaitu
pengetahuan atau pernyataan dapat bernilai benar apabila pengetahuan atau
pernyataan itu tersusun sedemikian rupa sesuai dengan aturan tata bahasa yang
berlaku. Contoh: adanya perbedaan makna antara kalimat ‘seorang dokter
mengoperasi pasien di ruang operasi’ dan ‘seorang dokter mengoperasi, pasien di
ruang operasi’. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan susunan kalimat.
Teori kebenaran Semantis. Yaitu suatu
pengetahuan atau pernyataan bernilai benar apabila pengetahuan atau pernyataan
itu memiliki arti dengan menunjukkan makna yang sesungguhnya berdasarkan
kenyataan atau hal yang diacu. Contoh: meja tulis, meja makan, meja computer,
dsb.
Teori kebenaran Non-Deskripsi. Yaitu
suatu pengetahuan atau pernyataan bernilai benar apabila pengetahuan atau
pernyataan itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari
yang merupakan kesepakatan bersama untuk menggunakannya. Contoh: Petani menanam
jagung (tapi sebenarnya yang ditanam adalah bibit jagung, untuk diharapkan
menjadi jagung nantinya).
Teori kebenaran Logis yang
berlebihan. Yaitu suatu pengetahuan atau pernyataan sudah bernilai benar dengan
sendirinya. Contoh: Lingkaran adalah bulat, maju ke depan, mundur ke belakang,
dan sebagainya.
Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan dalam dunia ini
berawal dari sikap manusia yang meragukan setiap gejala yang ada di alam
semesta ini. Manusia tidak mau menerima saja hal-hal yang ada termasuk nasib
dirinya sendiri. Rene Descarte pernah berkata “DE OMNIBUS DUBITANDUM” yang
mempunyai arti bahwa segala sesuatu harus diragukan. Persoalan mengenai
criteria untuk menetapkan kebenaran itu sulit dipercaya. Dari berbagai aliran maka
muncullah pula berbagai kriteria kebenaran 4
Pengetahuan bukanlah sekedar
pertemuan antara subyek yang mengetahui dengan obyek yang diketahui, tetapi
pengetahuan adalah persatuan antara subyek yang mengetahui dengan obyek yang
diketahui. Namun dalam pertemuan ini subyek tidak melebur jadi obyek, atau
sebaliknya obyek tidak melebur jadi subyek.
Dalam kehidupan sehari-hari, pengertian tentang pengetahuan dibedakan orang menjadi pengetahuan biasa atau pengetahuan sehari-hari dan pengetahuan yang disebut ilmu atau ilmu pengetahuan. Pengetahuan biasa tidak memiliki syarat-syarat tertentu. Sedangkan ilmu pengetahuan memiliki persyaratan tertentu, yakni : Bersifat obyektif; Bersifat universal; Memiliki metode; Sistematis
Lahir dan Runtuhnya Waktu
Lahir dan Runtuhnya Waktu
Pemahaman akal sehat kita mengenai waktu telah
mengalami sederetan perubahan seiring masa. Waktu memiliki banyak hal untuk
dilakukan dalam fisika, namun saat fisika maju, tugas ini dipreteli satu demi
satu.
Pada awalnya mungkin tidak jelas, namun hukum gerak
Isaac Newton memerlukan waktu dalam banyak tampilannya. Semua pengamat pada
dasarnya setuju mengenai urutan peristiwa apa yang terjadi. Tidak peduli kapan
atau dimana sebuah peristiwa terjadi, fisika klasik beranggapan kalau anda
dapat secara objektif mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi sebelumnya,
sesudahnya atau serentak dengan peristiwa lainnya di alam semesta. Waktu dengan
demikian memberikan urutan lengkap semua peristiwa di alam semesta.
Simultanitas adalah sebuah fakta mutlak yang bebas pengamat. Lebih jauh, waktu
pastilah sinambung sehingga kita dapat mendefinisikan kecepatan dan percepatan.
Waktu klasik harus pula memiliki istilah durasi –
apa yang ahli fisika sebut sebagai metrik – sehingga kita dapat mengetahui berapa
jarak waktu sebuah peristiwa dengan lainnya. Dengan mengatakan kalau pelari
olimpiade Usain Bolt dapat berlari dengan kecepatan 43 km per jam, kita perlu
memiliki ukuran seberapa panjang satu jam itu. Seperti urutan peristiwa, durasi
bersifat bebas pengamat. Jika Ani dan Budi meninggalkan sekolah jam 3 sore,
pulang lewat jalan berbeda, dan tiba dirumah jam 6 petang, jumlah waktu yang
berlalu bagi Ani dan Budi adalah sama.
Pada dasarnya, Newton mengajukan kalau dunia
memiliki jam utama. Jam ini secara unik dan objektif memahat dunia dalam
saat-saat waktu. Fisika Newton mendengarkan detakan jam ini saja. Newton juga
merasa kalau waktu mengalir dan kalau aliran ini memberi kita panah untuk
menentukan ke arah mana kita di masa depan, walau tampilan ekstra ini tidak
terlalu dituntut oleh hukumnya.
Waktu Newton terdengar tua bagi kita sekarang,
namun sebuah pemikiran sesaat mengungkapkan betapa hebatnya ia. Tampilannya
yang serbaneka – urutan, kesinambungan, durasi, simultanitas, aliran dan panah
– masuk akal dan logis, namun semuanya menempel pada satu jam utama yang
disebut “waktu” oleh Newton.
Rakitan tampilan ini begitu berhasil sehingga
bertahan selama hampir dua abad. Lalu muncul serangan akhir abad ke 19 dan 20.
Pertama adalah karya fisikawan Austria, Ludwig Boltzmann, yang berpendapat
kalau, karena hukum Newton berlaku sama baik maju maupun mundur dalam waktu,
waktu sendiri tidak punya arah. Lalu ia mengajukan kalau perbedaan antara masa
lalu dan masa depan tidaklah intrinsik dalam waktu dari asimetri dalam
bagaimana materi di alam semesta tersusun. Walau ahli fisika masih
memperdebatkan detail proposal ini, Boltzmann dengan meyakinkan mencabut satu
tampilan waktu Newton.
Einstein melakukan serangan selanjutnya dengan
menyingkirkan gagasan simultanitas mutlak. Menurut teori relativitas khususnya,
peristiwa apa yang terjadi pada waktu yang sama tergantung pada seberapa cepat
kamu bergerak. Arena sejati peristiwa bukanlah waktu atau ruang, tapi
kesatuannya: ruang-waktu. Dua pengamat bergerak dengan kecepatan berbeda akan
tidak setuju kapan dan dimana sebuah peristiwa terjadi, namun mereka dapat
setuju pada lokasinya di ruang waktu. Ruang dan waktu adalah konsep sekunder
yang, seperti dikatakan matematikawan Hermann Minkowski, yang dikatakan
profesor di universitas Einstein ini, “runtuh, terhapus oleh bayangan.”
Dan semuanya bertambah buruk tahun 1915 lewat teori
relativitas umum Einstein, yang memperluas relativitas khusus pada situasi
dimana gaya gravitasi bekerja. Gravitasi membengkokkan waktu, sehingga kalimat
pertama disini mungkin berbeda artinya dengan kalimat kedua. Hanya pada kasus
yang langka menjadi mungkin untuk menyelaraskan waktu dan tetap membuatnya
selaras, bahkan walaupun secara prinsip.
Anda tidak dapat secara umum memikirkan dunia ini
tidak berlipat, detik demi detik, menurut satu parameter waktu. Dalam situasi
yang ekstrim, dunia mungkin tidak terpahat menjadi saat saat waktu sama sekali.
Menjadi mustahil untuk mengatakan sebuah peristiwa terjadi sebelum atau sesudah
yang lain.
Relativitas umum memuat banyak fungsi dengan kata
“waktu” tertempel padanya : waktu koordinat, waktu wajar, waktu global. Bersama
mereka melakukan banyak tugas waktu tunggal Einstein, namun secara individual
tidak satupun yang pantas mendapatkan namanya. Baik fisika tidak mendengarkan
jam ini, atau, bila ya, jam tersebut hanya berlaku pada jalan kecil alam
semesta atau pada pengamat tertentu saja. Walaupun ahli fisika masa kini
mengatakan kalau sebuah teori penyatuan akan menghilangkan waktu, argumen yang
bagus dapat diajukan kalau waktu sudah lenyap tahun 1915 dan kalau kita hanya
belum terlalu memahaminya saja.
Benarkah Filsafat Musuh Agama?
Benarkah Filsafat Musuh Agama?
Itulah pertanyaan yang penulis
pikirkan setelah mempelajari filsafat. Di dunia ini juga pasti ada beberapa
orang yang menganggap bahwa agama dengan filsafat merupakan musuh, dan
berpikiran bahwa agama selalu benar dan filsafat selalu salah. Tetapi disini
penulis menemukan bahwa filsafat dan agama saling berkaitan dan tidak benar
jika dikatakan bahwa filsafat dengan agama adalah musuh.
Orang-orang yang mengetahui secara mendalam tentang
sejarah agama dan filsafat pastinya
memahami dengan benar bahwa agama dan filsafat tidak
bertentangan. Pertentangan antara keduanya hanya dilihat oleh orang yang
memandang dari satu sudut pandang saja. Seperti, seseorang mengatakan bahwa
filsafat benar dan agama salah karena ia hanya melihat dari sudut pandang
filsafat saja. Sedangkan ada juga orang yang berpandangan bahwa agama benar dan
filsafat salah, karena ia hanya memandang dari sudut pandang agama saja.
Agama memang tidak mudah untuk di
defenisikan karena agama mengambil bentuk yang bermacam-macam, namun semua
orang berkesimpulan bahwa agama segala yang menunjukkan pada kesucian, rasa
suci. Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam
sejarah dan kehidupan manusia.
Sebagian pemikir yang berwawasan
dangkal berpandangan bahwa antara agama dan filsafat terdapat perbedaan yang
ekstrim, serta dipandang bahwa
persoalan-persoalan agama dipisahkan
dengan filsafat agar tidak "ternodai" dan "tercemari". Mesti dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat.
Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil, karena
filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan
filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai-penting kehidupan,
kebahagian, dan kesempurnaan hakiki.
Jika agama membincangkan tentang
eksistensi-eksistensi di alam dan tujuan akhir perjalanan segala maujud, lantas
bagaimana mungkin agama bertentangan dengan filsafat. Bahkan agama dapat
menyodorkan asumsi-asumsi penting sebagai subyek penelitian dan pengkajian
filsafat. Pertimbangan-pertimbangan filsafat berkaitan dengan
keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi agama hanya akan sesuai dan sejalan
apabila seorang penganut agama senantiasa menuntut dirinya untuk berusaha
memahami dan menghayati secara rasional seluruh ajaran, doktrin, keimanan dan
kepercayaan agamanya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa filsafat tidak
lagi dipandang sebagai musuh agama dan salah satu faktor perusak keimanan. Filsafat bahkan mempunyai peran sebagai alat
dan perantara yang bermanfaat untuk meluaskan pengetahuan dan makrifat tentang
makna terdalam dan rahasia-rahasia doktrin suci agama, dengan ini niscaya
menambah kualitas pengahayatan dan apresiasi kita terhadap kebenaran ajaran
agama. Walaupun hasil-hasil penelitian rasional filsafat tidak bertolak
belakang dengan agama, tapi sebaiknya
sebagai penganut agama, kita justru harus bersikap
proaktif dan melakukan berbagai pengkajian dalam bidang filsafat sehingga
landasan keimanan dan keyakinannya semakin kuat dan terus sempurna, bahkan
karena motivasi keimananlah mendorongnya melakukan observasi dan pembahasan
filosofis yang mendalam terhadap ajaran-ajaran agama itu sendiri dengan tujuan
menyingkap rahasia dan hakikatnya yang terdalam.
Ketika Sila Ke 5 Menghilang dari Negara Ini
Ketika Sila Ke 5 Menghilang dari Negara Ini
Pancasila
adalah ideologi berdirinya negara ini, pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan bagi negara ini, lewat pancasila tentunya kita
semua berharap bahwa negara ini mampu menjadi negara yang luhur, negara yang
mampu mengamalkan seluruh asas pokok didalam kandungan pancasila, terutama
didalam lima dasar pokok utama, sehingga negara ini mampu menjadi negara
yang berbudi pekerti luhur, yang didalamnya terdapat segala, kemakmuran,
kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh manusia di negara ini.
Akan
tetapi apakah pancasila beserta kandungan lima dasar pokok asas sudah
benar-benar di hayati dan diamalkan seutuhnya oleh negara ini, kita berkaca
melalui kenyataan yang terjadi bahwa pancasila saat ini hanya seperti simbol
tanpa arti dan ideologi kosong , tanpa ada penghayatan dan
pengamalan di dalamnya, terutama di dalam sila ke 5, kita pasti semua tau apa
itu sila ke 5 ” keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”. Sila ke
5 penghayatan beserta pengamalan telah menghilang dari negara ini, ini di
sebabkan oleh kenyataan bobroknya para pemimpin negara ini dalam
menangani kemiskinan dan kesenjangan sosial yang mencapai level kronis dalam
negara ini.
Setiap
hari kita melihat kenyataan secara langsung, maupun melalui media bahwa
banyaknya kasus-kasus kemiskinan yang terjadi, anak-anak yang harus putus
sekolah lalu dipaksa bekerja dengan seadanya, dikarenakan tidak
adanya biaya unuk melanjutkan pendidikannya, itu semua
ditunjang karena mahalnya pendidikan di negara ini, banyaknya
kasus-kasus orang sakit yang harus meregang nyawa secara mengenaskan karena
tidak adanya biaya berobat kerumah sakit, banyaknya kasus-kasus
pencurian yang terjadi, karena tidak ada jalan lain untuk mereka, keterpaksaan
dan kebutuhan untuk melanjutkan hidup memaksa mereka untuk mecuri. Banyaknya
kasus-kasus para gadis yang harus menjual diri dan kehormatan mereka di
karenakan kebutuhan hidup yang mendesak mereka, faktor kemiskinan adalah salah
satu faktor utama yang membuat tidak adanya nila-nila yang terkandung di dalam
sila-5, dan rasa keadilan seakan menghilang dari negara ini.
Hampir
setiap hari kita melihat mobil mewah dengan keluaran seri terbaru
hilir bolak-balik di jalan-jalan besar di negara ini, itu pun di barengi
dengan banyaknya para manusia dengan penampilan kumuh, lusuh dan
kotor menadahkan tangan berharap mereka di kasihani, untuk mendapatkan sedikit
uang hanya untuk sekedar mencukupi kebutuhan perut mereka di hari itu,
kita juga melihat banyaknya anak-anak yang harusnya mereka pergi ke
sekolah mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak, akan tetapi mereka
harus di jalan-jalan membantu perekonomian keluarga mereka, kita melihat
megahnya pembangunan mall dan apartemen mewah dengan biaya yang fantastis, akan
tetapi kita pun melihat banyaknya tempat tinggal kumuh yang sangat tidak layak,
berada di pinggir-pinggir rel, di kolong-kolong jembatan, dan di bantaran kali
yang sangat kotor, kita pun melihat dengan orang-orang yang berlomba-lomba
memberi barang-barang dengan keluaran terbaru dengan harga yang sangat mahal di
mall-mall, penting tidak penting mereka akan tetap membeli hanya untuk
sekedar memiliki dan membanggakan diri terhadap kerabat mereka, di satu
sisi kita pun melihat banyaknya orang-orang yang harus menahan lapar karena
sudah seharian mereka tidak makan.
Kesenjangan
sosial adalah salah satu akar penghambat di dalam terciptanya keadilan
didalam sila ke 5 itu sendiri bagi negara ini, jauhnya jenjang jarak
antara si kaya dan si miskin, ini membuat kecemburuan sosial antara si miskin
kepada si kaya dan dapat selalu menciptakan setiap konflik yang terjadi,
dan membuat rasa keadilan di negara ini seolah menghilang dan lenyap, hal ini
ada karena sistem pemerintahan kita tak pernah berjalan dengan baik untuk
menangani kesenjangan sosial ini, aturan pajak pemerintahan yang tidak
berjalan, setiap rakyat di negara ini diharuskan membayar pajak, melalui
tagihan listrik atau tanah atau usaha kita, kita di haruskan untuk
membayar kepada pemerintah, dan setiap pendapatan yang lebih tinggi
tentunya pajaknya akan semakin tinggi, jika berjalan dengan baik, ini
seharusnya bisa mengurangi angka kemisikinan dan kesenjangan yang terjadi di
negara ini, karena setiap apa yang rakyat berikan kepada pemerintah,
harusnya kembali kepada rakyat itu sendiri, dan pembayaran pajak
yang tinggi kepada orang-orang kaya di negara ini, harusnya ini berdampak
dengan secara tidak langsung kekayaan mereka bisa menetes kepada si miskin
karena pemberlakuan pajak yang tinggi kepada si kaya, akan tetapi kenyataan api
yang jauh dari panggang, di karenakan tak pernah bisa merasaknya tetesan
kekayaan dari si kaya kepada si miskin, itu semua karena pemerintahan
kita yang korup, yang seharusnya pajak tinggi dari si kaya di distribusikan
kepada si miskin, mereka malah memakannya sendiri, banyaknya
kasus-kasus korupsi di negara ini, membuat si miskin tetap hidup dalam keadaan
miskin, dan yang kaya tetap kaya malah bertambah kaya, tanpa adanya keseimbangan
dan keadilan di dalamnya.
Kapitalisme
akut, adalah sistem yang sangat dapat menghambat terciptanya rasa keadilan
sosial di dalam negara ini, sistem ini ada dan berjalan di negara ini,
melalui pasar bebas dan kekuatan uang, mereka mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya
untuk kepentingan mereka sendiri dan tanpa peduli terhadap hak-hak orang
lain, kapitalisme membentuk manusia-manusia yang rakus, manusia-manusia
hedonisme, kita banyak sekali melihat manusia-manusia yang tanpa
pendidikan dan kreatifitas yang sangat minim, di pekerjaan di dalam
tempat-tempat, yang mereka harus di tuntut bekerja sangat keras,
dengan pembayaran minim, dan tidak sesuai dengan apa yang mereka
kerjakan, didalamnya pun tidak ada jaminan kesehatan, mereka bekerja dan di
bodohi hanya untuk memperkaya para orang-oarang rakus, tanpa menyadari
posisi dirinya sendiri, di karenakan pengetahuan dan rendahnya pendidikan yang
mereka terima dan kretifitas yang sangat minim, ini adalah awal dari
perbudakan modern di abad ke 21, dan ini ada dalam sistem kapitalisme.
Kapitalisme membentuk manusia-manusia kaya yang egois, dan si miskin tetap
hidup miskin. Mau sampai kapan semua ini terjadi?
Belajarlah dari Padi
Belajarlah dari Padi
Karakter manusia terbentuk melalui kehendak dan pengalaman
yang telah dialami. Karakter yang terbentuk akan menuntun manusia dalam
bersikap terhadap suatu kondisi di hidupnya. Semakin tinggi pengetahuan,
kekayaan ataupun faktor x lainnya, terkadang membuat seseorang menjadi angkuh
ataupun merasa memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari yang lainnya.
Terbersit mengenai filosofi padi yaitu tanaman padi biasanya semakin berisi akan semakin merunduk. Mengapa
manusia sulit melakukan hal tersebut? Hal ini terjadi karena faktor ego yang
menguasai pemikiran individu tersebut.
Seperti padi
yang semakin berisi maka semakin merunduk, manusiapun seharusnya seperti itu. Ketika seseorang memiliki
faktor x yang lebih jika dibandingkan dengan yang lainnya, maka seharusnya
orang tersebut tetap rendah hati dan mengayomi orang disekelilingnya. Karena
jika kita merasa ‘lebih’ jika dibandingkan dengan yang lain, sesungguhnya
banyak orang yang memiliki kelebihan yang lebih tinggi daripada kita.
Seperti pribahasa yang mengatakan “di atas langit masih ada langit”. Karakter
yang baik akan menjauhkan kita dari sifat
sombong, tinggi hati dan lain-lain. Pendidikan karakter sangat
diperlukan untuk membatasi ego menguasai diri seseorang. Tidak ada manusia yang
dapat melihat perubahan warna padi dari hijau menjadi kuning. Oleh karena
itu,sesungguhnya tidak ada yang pantas kita sombongkan karena tidak ada manusia
yang sempurna dalam menjalankan kehidupannya dan memiliki keterbatasan tertentu
dalam mengetahui hal-hal yang belum diketahui sampai saat ini. Semakin kita
banyak mengetahui sesuatu,maka semakin banyak pula hal yang tidak kita ketahui.
Memimpin Ibarat Menanam Pohon
Memimpin Ibarat Menanam Pohon
Kepemimpinan
adalah sifat yang universal karena sesungguhnya kepemimpinan itu melekat pada
pribadi setiap orang. Ada orang yang sanggup mengekstrak kepemimpinan dari
dalam dirinya dan mengamalkannya dengan maksimal sehingga mampu menjadi
pemimpin yang baik di tengah komunitasnya. Kalaupun kebetulan dia tidak
didaulat menjadi pemimpin, dia akan mampu memainkan perannya apapun itu dengan
baik, sehingga mendatangkan manfaat bagi komunitasnya.
Ada
juga orang yang tidak sepenuhnya mampu mengaplikasikan kepemimpinan dari dalam
dirinya, sehingga selalu orang yang melambatkan laju organisasi, jadi biang
masalah, bahkan untuk memimpin dirinya sendiripun dia tidak sanggup.
Untuk
memudahkan melihat secara komprehensif proses kepemimpinan, kita bisa
mengibaratkan kepemimpinan itu dengan memelihara sebuah pohon. Beberapa pakar
manajemen menamakan pohon itu dengan pohon kehormatan.
Sebuah
pohon memiliki akar yang berfungsi sebagai dapur sumber makanan dan nutrisi
bagi seluruh bagian pohon. Kemudian ada batang, dahan, ranting dan daun pohon
yang kasat mata dan membuat orang yang melihatnya mampu mengenali pohon
tersebut. Terakhir, pohon tersebut menghasilkan buah yang bermanfaat.
Bagi
seorang pemimpin yang sedang memelihara pohon kehormatan, akar pohon tersebut
adalah mental dan keterampilan intrapersonal yang dikembangkan
terus menerus. Pondasi kepribadian ini termasuk karakter, keimanan, akhlak,
integritas, hati serta budi pekerti yang lurus. Hal-hal seperti ini tidak mudah
terlihat dari kepribadian seseorang namun sangat menentukan bagaimana orang itu
mengembangkan kepemimpinannya.
Akar
yang memberikan supply nutrisi yang baik bagi pohon
kehormatan, akan membuat batang, dahan ranting dan daun menjadi kokoh, rimbun
dan segar. Dalam kepemimpinan, pondasi kepribadian yang baik akan terlihat
hasilnya dari produktivitas orang tersebut. Produktivitas ini mencakup kinerja
yang unggul, prestasi yang layak diacungi dua jempol, inovasi yang unggul dan
pelayanan yang prima.
Akhirnya
buah-buah dari pohon kehormatan pun akan nampak ke permukaan. Untuk
kepemimpinan, buah atau manfaat dari proses kepemimpinan itu misalnya: Reputasi
tinggi, jabatan puncak, nama besar, termasuk di dalamnya salary yang
pantas.
Sejarah
pun tidak mampu menutup tabir pemimpin-pemimpin fenomenal yang memberi warna
bagi kemanusiaan. Tidak mesti dari bidang sosial atau politik, setiap bidang
kehidupan selalu melahirkan pemimpin-pemimpin yang menginspirasi. Beberapa nama
ini pasti membekas di benak anda. Abraham Washington, Soekarno, Albert
Einstein, Mozzart, sampai pemimpin yang menaklukkan dunia dengan kasih
seperti Mother Theresa pun bisa menjadi teladan. Semua
pemimpin-pemimpin besar memiliki kesamaan yaitu membangun pohon kehormatannya
dengan baik.
Jadi
apapun jabatan dan profesi kita saat ini, kita semua adalah seorang pemimpin.
Paling tidak kita memimpin diri sendiri dan memimpin keluarga. Jika kita
dipercaya memimpin sebuah tim, sebuah divisi atau komunitas yang lebih luas,
itu adalah tambahan talenta dari Tuhan untuk kita kembangkan. Sampai saatnya
nanti Tuhan menagih kembali. Untuk menjadi pemimpin yang baik, kita bisa mulai
dengan membenahi akar pohon kehormatan kita.
Langganan:
Postingan (Atom)