ALIRAN INTUISIONALISME
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Intuisi adalah daya atau kemampuan mengetahui atau
memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; gerak hati.
Berbicara mengenai aliran intuisi tidak terlepas dari bagaimana teori itu
muncul.
Berawal dari abad ke-19 dimana aliran rasionalisme
yang hanya mengedepankan pada kekuatan akal manusia berupa
penjelasan-penjelasan yang bersifat diskriptif disempurnakan oleh France Bacom
dengan metode induksinya atau dikenal juga dengan metode eksperimen, manpu
menghantarkan manusia menuju ke suatu peradaban dunia modern yang maju dengan
pesat ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita
nikmati sekarang ini.
Meskipun demikian, efek yang luar biasa dari
penemuan Bacom tersebut menemui jalan buntu (deadlock) manakala dihadapkan
dengan perkara yang berhubungan dengan nilai-nilai, kematian, kenyataan yang
paradoks, Tuhan serta kenyataan yang tidak bisa dieksperimentasikan.
Sebagai jawaban atas kekurangan dari penemuan
Bacom maka ditemukanlah alat ukur baru oleh P.D Quspensky yaitu kebenaran yang
bersifat intuitif yang merangkum keduanya. Inilah beberapa pokok bahasan utama
dalam pengenalan aliran intuisi, disamping objek dan pengembangan teori tentang
sumber pengetahuan dan kebenaran yang akan dijelaskan berikutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah:
1. Bagaimanakah konsep
pemikiran aliran intuisi?
2. Siapakah tokoh-tokoh
aliran intuisi?
3. Bagaimanakah
pandangan barat terhadap aliran intuisi sebagai sumber pengetahuan?
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep pemikiran
Intuisionisme adalah system etika yang tidak mengukur baik atau buruk suatu
perbuatan berdasarkan hasilnya tetapi berdasarkan niat dalam melaksanakan
perbuatan tersebut. Menurut John M. Echols (1997:329) intuisionisme berasal
dari perkataan Inggris yaitu intuition yang artinya gerak hati. Maksudnya
adalah bahwa manusia memiliki gerak hati atau disebut hati nurani. Gerak hati
mampu membuat manusia melihat secara langsung suatu perkara benar atau salah,
jahat atau baik, buruk atau baik secara moral. Ia dirujuk sebagai suatu proses
melihat dan memahami masalah secara spontan juga merupakan satu proses melihat
dan memahami suatu masalah secara intelek. Pengetahuan intuitif ini
merupakan pengetahuan langsung tentang suatu hal tanpa melalui proses pemikiran
rasional. Namun kemampuan seperti ini bergantung kepada usaha manusia itu
sendiri.
Secara fisik organ yang berkaitan dengan gerak hati atau intusi tidak diketahui
secara jelas. Sebagian ahli filsafat menyebutnya sebagai jantung dan ada juga
yang menyebutnya otak bagian kanan. Pada praktiknya intuisi muncul dalam bentuk
pengetahuan yang tiba-tiba hadir dalam sadar tanpa melalui penalaran yang
jelas, tidak analitik dan tidak selalu logik. Intuisi bisa muncul tanpa kita
rencanakan apakah ketika santai ataupun tegang, ketika diam ataupun bergerak.
Dengan kata lain pemikiran intuisionis ialah sejenis pengetahuan yang lebih
tinggi dan berbeda dengan yang diperoleh secara individu. Kemunculan ide yang
meledak secara tiba-tiba dalam memberikan tafsiran terhadap sesuatu perkara
boleh dikaitkan dengan aliran pemikiran ini.
Intuisi disebut juga sebagai ilham atau inspirasi. Meskipun pengetahuan intuisi
hadir begitu saja secara tiba-tiba, namun ia juga tidak terjadi kepada semua orang
melainkan hanya jika seseorang itu sudah berfikir keras mengenai suatu masalah.
Ketika seseorang sudah memaksimalkan daya fikirnya dan mengalami tekanan , lalu
dia mengistirahatkan pikirannya dengan tidur atau bersantai, maka saat itulah
intuisi berkemungkinan akan muncul. Bahkan intuisi sering disebut separo
rasional atau kemampuan yang berbeda pada tahab yang lebih tinggi dari rasional
dan hanya berfungsi jika rasio telah digunakan secara maksimal namun menemui
jalan buntu.
Hati bekerja pada tempat yang tidak mampu dijangkau oleh akal yaitu penggalaman
emosional dan spiritual. Kelemahan akal adalah karena ia ditutupi oleh banyak
perkara. Menurut Immanuel Kant (1724:1804) akal tidak pernah mampu mencapai
pengetahuan langsung tentang sesuatu perkara. Akal hanya mampu berpikir perkara
yang dilihat terus (fenomena) tetapi hati mampu menafsir suatu perkara dengan
tidak terhalang oleh perkara apapun tanpa ada jarak antara subjek dan objek.
Hati dapat memahami pengalaman-pengalaman khusus, misalnya pengalaman
eksistensial, yaitu pengalaman hidup manusia yang dirasakan langsung, bukan
yang telah ditafsir oleh akal. Akal tidak dapat mengetahui rasa cinta, tetapi
hatilah yang merasakannya.
Keutamaan hati sebagai sumber pengetahuan yang paling banyak dipercayai
dibanding sumber lain. Pengetahuan ini disebut intuisionisme. Sebagian besar
ahli filsafat muslim mempercayai kelebihan hati dibandingkan dengan akal.
Salain itu terdapat juga sumber pengetahuan lain yang disebut wahyu.
Intuisionisme dikembangkan di barat Henri Bergson. Dalam tradisi filsafat
barat, pertentangan keras terjadi antara aliran empirisme dan rasionalisme.
Pada awal abad ke-20, Empirisme masih menguasai pemikiran positivisme dalam
ilmuwan barat. Pada filsafat pemikiran islam terjadi juga pertentangan antara
aliran rasionalisme dan intuisionisme. Pada umumnya penilaian positif dari para
ahli filsafat muslim terhadap intuisi bahwa mereka memberikan status yang kuat
pada wahyu sebagai sumber pengetahuan yang lebih sahih daripada Rasionalisme.
Meski dimiliki oleh semua orang, kadar kekuatan intuisi ini tentu saja
berbeda-beda. Ada yang merasakannya sangat kuat, ada juda yang samar-samar.
Biasanya kaum wanitalah yang intuisinya relative lebih peka. Keberadan intuisi
sebenernya tidak jauh berbeda dengan bintang dilangit, ketika siang hari kita
tidak bisa melihat keberadaannya karena terangnya cahaya matahari membuat mata
kita tergoda untuk memandang objek yang lain. Tapi saat datang kegelapan barulah
keberadaan bintang-bintang tersebut dapat kita lihat karena objek yang lain
tidak terlihat. Dengan kata lain,untuk merasakan intuisi sebagai kekuatan
terselubung, dibutuhkan situasi yang khusus, yaitu ketika mata batin lebih
terfokus karena tidak terganggu oleh objek penglihatan yang lain. Namun focus
dan tidaknya kekuatan itu salalu ada dalam diri setiap orang. Tinggal bagaimana
menyelaminya untuk kemudian memanfaatkannya dalam kehidupan.
2.2 Mengasah intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang bergerak antara rasional dan literal.
Sehingga untuk memahaminya, tidak cukup hanya menggunakan kategori akal. Tetapi
harus memiliki keyakinan bahwa semua keyakinan dimuka bumi tidak terlepas dari
sunatullah. Proses berlangsungnya sunatullah itu melewati beberapa tahapan yang
sudah pasti terjadi sebelum sampai pada kejadianya itu sendiri. Direntang waktu
inilah lahir kekuatan alam bawah sadar manusia yang disebut intuisi.
Cara untuk memberdayakan daya intuisi agar berfanfaat
dalam kehidupan adalah.
1. Meyakini dan
menghargai intuisi
Keyakinan merupakan awal dari segalanya. Dengan
meyakini bahwa anda mampu dan mempunyai intuisi, serta meyakini kalau anda
mampu mengetuk dan berniat mengembangkanya, maka intuisipun akan berkembang
sebagaimana anda harapkan serta memberikan informasi dan hal-hal lain yang
bermanfaat dalam kehidupan.
2. Meningkatkan
spiritual
Intuisi bergerak antara rasional dan literal (sesuatu
yang tidak dapat dibayangkan). Sehingga untuk mempertajam intuisi, kemampuan
yang ada pada diri kita saja tidak cukup dan perlu campur tangan pemilik
kehidupan. Dengan mendekatkan diri kepada sang pencipta, ibaratnya kita
memasang radar untuk menangkap dan mendeteksi isyarat-isyarat yang datang dari
langit. Bagi umat islam bisa melakukan kegiatan kerohanian, salah satunya
adalah dengan berzikir. Sementara bagi umat Kristen dapat melakukan kegiatan
antara lain melantunkan lagu-lagu pujian, doa. Sedangkan bagi penganut
kepercayaan lain dapat melakukan latihan pernafasan atau bermeditasi.
3. Pengendalian emosi
Indera keemam akan dapat berfungsi dengan baik apabila
emosi senantiasa terkontrol. Memberdayakan intuisi tidak berbeda halnya dengan
mengaktifkan indera tidak kasat mata. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari
diusahakan semaksimal mungkin agar emosi dapat selalu terjaga. Untuk menjaganya
diupayakan agar kerja pikiran dan perasaan selalu seimbang.
4. Mengisi jiwa
Menghayati perasaan dan senantiasa belajar untuk
membaca fenomena-fenomena yang terjadi disekitarnya akan memiliki kepedulian
yang lebih dalam memperhatikan keadaan kejiwaan orang lain. Dan juga peka
membaca perubahan-perubahan yang terjadi disekelilingnya. Kepekaan jiwa dan
perasaan sangat penting untuk dimiliki, karena intuisi sering dating lewat
tanda-tanda ,perlambang-perlambang yang membutuhkan kepekaan perasaan untuk
bisa menangkap dan menterjemahkannya.
5. Permainan
mengendalikan indera mistik.
Salah satu cara untuk melatih dan mengasah indera
mistik yaitu dengan melakukan permainan sederhana. Permainan tersebut dilakukan
secara rutin setiap hari dengan meluangkan waktu sekitar seperempat jam.
Caranya adalah dengan menuliskan keinginan, harapan, atau apa saja yang sangat
diidam-idamkan dalam sebuah buku.yang harus ditulis adalah sesuatu yang
benar-benar keluar dari dalam hati, dan bukan sekedar rekaan saja. Keinginan
tersebut dapat berupa benda , atau yang bersifat non materiil. Setelah itu
bayangkan bahwa keinginan tersebut benar-benar tercapai, tanpa berpikir bagaimana
cara mencapaainya. Baru kemudian buku ditutup dan kerjakan aktifitas rutin
sehari-hari.lakukan hal tersebut setiap hari selama sebulan lamanya. Setelah
satu bulan buka kembali buku anda dan bacalah keinginan dan harapan yang telah
anda tulis. Maka anda akan menemukan sebagian dari keinginan tersebut dapat
tercapai.
6. Membaca mimpi
Biasanya mimpi dating dalam bahasa atau perlambang
yang dapat dimengerti, dan intuisi sering hadir dalam wujud mimpi. Karena itu
cobalah untuk belajar membaca dan memperhatikan tema-tema besar apa yang muncul
dalam mimpi anda.
III. TOKOH-TOKOH ALIRAN INTUISIONISME DAN
PERKEMBANGANNYA
Intuisionisme dikembangkan oleh Henry Bergson (1959-1941) ini berkeyakinan
bahwa akal dan indera memiliki keterbatasan. Karena menurutnya objek-objek yang
kita tangkap itu adalah objek yang selalu berubah-ubah. Jadi pengetahuan yang
dimiliki manusia tidak pernah tetap. Namun, ia dipelopori oleh Luitzen Egbertus
Jan Brouwer (1881-1966) yang dikembangkan di Belanda. Aliran ini sejalan dengan
falsafah umum yang dicetuskan oleh Imanuel Kant (1724-1804). Untuk mengetahui
tokoh-tokoh dalam aliran ini akan dijabarkan sebagai berikut
3.1. Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881-1966)
Brouwer dilahirkan disebuah kota di Overschie, Belanda. Karya pertama Brouwer
adalah “Perubahan Pada Empat Demensi” dibawah bimbingan Kortteweg. Menurut
Brouwer, dasar dari intuisionisme adalah pikiran. Namun, pemikiran-pemikiran
yang dicetuskannya banyak dipengaruhi oleh pandangan Imanuel Kant. Matematika
didefinisikan oleh Brouwer sebagai aktifitas secara bebas, namun ia merupakan
suatu aktivitas yang ditemukan dari intuisi pada suatu saat tertentu. Pandangan
intuisionisme tidak realism terhadap objek-objek dan tidak ada bahasa yang
menghubungkan sehingga boleh dikatakan tidak ada penentu kebenaran matematika
diluar aktivitas berpikir. Proposisi hanya berlaku ketika subjek dapat
dibuktikan kebenarannya. Kesimpulan ,Brouwer mengungkapkan bahwa tidak ada kebenaran
tanpa dilakukan pembuktian.
3.2 Arend Heyting (1898-1980)
Murid Brouwer yang memiliki pengaruh besar pada perkembangan
intuisionisme filsafat matematika adalah Arend Heyting. Heyting menciptakan
sebuah formula logik intuisionisme yang sangat tepat. Sistem ini dinamakan
“Predikat Kalkulus Heyting” . Heyting menegaskan bahwa metafisik adalah pokok
dalam kebenaran realisme logik klasik. Bahasa matematika klasik adalah
pengertian faktor-faktor objektif sebagai syarat-syarat kebenaran yang
terbaik. Arti matematika klasik menggambarkan suatu keadaan dalam pernyataan
benar dan salah. Arti seperti ini tidak tepat untuk intuisionisme.
3.3 Sir Michael Anthony Eardly Dummett (1925-sekarang)
Filsafat Dummett lebih mementingkan pada logika intuisionistik daripada
matematika itu sendiri. Pendapatnya seperti Brouwer tetapi tidak seperti
Heyting . dummett tidak memiliki orientasi memilih. Dummett mengeksplorasi
matematika klasik dengan menggunakan bentuk pikiran yang tidak mengakui pada satu
jalan peraturan penguraian pernyataan alternatifnya. Ia mengusulkan beberapa
pertimbangan mengenai logika adalah yang pada akhirnya harus bergantung pada
arti pertanyaan. Ia juga mengambil pandangan yang diperoleh secara luas, yang
kemudian disebut sebagai terminologi logika.
BAB IV INTUISI DALAM PEMIKIRAN BARAT
4.Intuisi dalam pemikiran barat
Aliran rasionalisme mengatakan bahwa realitas harus dijelaskan berdasarkan
kategori-kategori akal. Aristoteles menemukan alat ukur ini dengan memberikan
nama Organon . Derngan alat ukur ini mampu dijelaskan segala sesuatu
yang ada . Namun Organon hanya bersifat sebagai pengajaran atau penjelasan yang
bersifat deskriptif saja. Aristoteles tidak mampu bertindak untuk melakukan sesuatu.
Sebagai jawaban atas kelemahan Organon, Francis Bacon (1561-1626) menemukan
alat ukur lain,yaitu Novum Organum. Menurutnya, kebenaran sesuatu itu tidak
boleh hanya dijelaskan saja tetapi harus dilakukan atau
dieksperimentasikan. Di dalamnya harus ada proses. Dengan
ditemukannya alat ukur ini, peradaban manusia berkembang luar biasa. Manusia
mencapai hasil diluar batas kemampuan akal. Sesuatu yang semula tidak
dipikirkan,menjadi mampu dibuktikan. Eksperimentasi serta metode ilmiah mendominasi
peradaban manusia. Pemikiran Francis Bacon ini telah membawa kemajuan dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Meskipun efeknya luar biasa, penemuan bacon juga menemukan batasnya, yaitu
ketika berhubungan dengan nilai-nilai, kematian,kenyataan yang paradox ,Tuhan,
serta kenyataan yang tidak bisa dieksperimentasikan atau dibawa ke
laboratorium. Sebagai jawaban atas kekurangan Bacon, maka ditemukanlah alat
ukur baru yang disebut dengan Tertium Organum oleh P.D.Quspensky (1878-1947),
yaitu kebenaran yang bersifat intuitif yang merangkum keduanya, bahwa kenyataan
itu harus rasional tetapi juga harus dieksperimentasikan ,yang didalamnya akan
terjadi proses,perkembangan atau evolusi kesadaran menuju kenyataan yang
tinggi.
Henri Bergson (1859-1941), seorang filusuf Perancis, mengatakan bahwa intelek
dan intuisi adalah dua jenis pengetahuan yang berbeda. Prinsip sains dimasukkan
dalam kategori intelek dan prinsip-prinsip metafisika merupakan intuisi. Sains
dan filsafat dapat disatukan dan akan menghasilkan pengetahuan yang intelektual
dan intuitif. Pengetahuan semacam ini dapat menyatukan dua realitas yang
berbeda.
Bergson mengatakan bahwa intuisi itu jangan disamakan dengan perasaan dan emosi
secara harfiah. Intuisi harus dilihat sebagai sesuatu yang bergantung pada
kemampuan khusus yang didapatkan dari ilmu non alam. Intuisi itu sepertinya
suatu tindakan atau rentetan dari tindakan-tindakan yang berasal dari
pengalaman. Intuisi itu hanya bisa didapatkan dengan melepaskan diri dengan
kesadaran spontan. Satu hal yang dicapai intuisi dan disebut sebagai objeknya
adalah kepribadian diri manusia. Bergson mengatakan bahwa kenyataan absolute
itu yang dikuak oleh intuisi metafisis adalah waktu yang tidak pernah habis.
Manusia dapat menemukan kepribadiannya dengan berjalannya waktu, dan proses
untuk sampai pada perubahan sepertinya sulit untuk berhenti. Dengan intuisi
manusia akan mendapatkan bentuk pengetahuan yang menyatakan realitas itu
kontinu dan tak dapat terbagi. Realitas akan selalu berubah karena dalam
hidup manusia akan selalu ada kebebasan akan kreativitas.
Dalam sejarah filsafat barat, sekurang-kurangnya terdapat empat kecenderungan
besar dalam menyikapi proses ilmiah. Keempat aliran itu adalah rasionalisme,
empirisme, kritisisme, dan intuisionisme. Kemunculan aliran rasionalisme
biasanya dikaitkan dengan filosof abad 17 dan 18, seperti Rene Descartes,
Baruch Spinoza, dan Gottfried Lebniz, walaupun sebenarnya akar dari pemikiran
ini dapat dilacak sampai filsafat Yunani. Paham ini berpendapat bahwa pada
hakikatnya ilmu itu bersumber pada akal budi manusia. Descartes mengatakan
bahwa dalam jiwa manusia terdapat ide bawaan yang dinamakan subtansi yang sudah
tertanam. Lebih lanjut Descartes menyebut tiga hal yang disebut sebagai ide
bawaan : pemikiran, Tuhan, dan keluasan (ekstensi). Menurut aliran ini sumber
ilmu adalah akal melalui deduksi ketat seraya mengabaikan pengalaman. Hal ini
menurut mereka karena ilmu adalah sesuatu yang sudah built in dalam jiwa
manusia dan tugas kita adalah mencapainya melalui deduksi . karenanya
ilmu yang dihasilkan oleh Aliran ini biasanya dianggap bersifat universal.
Aliran kedua adalah empirisme yang menekankan pentingnya pengalaman sebagai
sarana pencapaian pengetahuan. Aliran ini dipelopori ole France Bacom,
sekalipun dalam pengertian tertentu pemikiran yang mengutamakan pendekatan
empirik dapat dilacak pula dalam filsafat Yunani. Puncak aliran ini terdapat
pada pemikiran David Hume dalam karyanya A Treatise of Human Nature mengupas
persoalan-persoalan erpistemologis penting. Berbanding terbalik dengan
rasionalisme. Seperti yang dijelaskan oleh Hume, mengatakan bahwa seluruh isi
pemikiran manusia berasal dari pengalaman, yang kemudian diistilahkan dengan
persepsi. Kemudian persepsi dibagi menjadi dua macam,yaitu kesan-kesan
(impressions) dan gagasan (ideas). Yang pertama adalah yang masuk melalui akal
budi secara langsung,sifatnya kuat dan hidup. Yang berikutnya adalah persepsi
yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Derevasi ilmiah yang diakui
oleh aliran ini adalah induksi terhadap fakta-fakta empiris
Aliran ketiga adalah kritisisme yang merupakan usaha untuk menyintesiskan dua
kutup ekstrim sebelumnya, rasionalisme dan empirisme. Tokoh utama aliran ini
adalah Imanuel Kant. Pemikiran yang disampaikan oleh Kant berusaha untuk
mengahiri perdebatan yang terjadi tentang objektivitas pengetahuan antara
rasionalisme Jerman, yang diwakili Leibniz dan Wolf, dan empirisme Inggris.
Kant berusaha menunjukkan unsur mana saja dalam pemikiran manusia yang berasal
dari pengalaman dan unsur mana yang berasal dari akal. Berbeda dengan aliran
filsafat sebelumnya yang memusatkan perhatian pada objek penelitian, Kant
mengawali filsafatnya dengan memikirkan manusia sebagai subjek yang berfikir.
Dengan demikian focus perhatian Kant adalah pada pada penyelidikan rasio
manusia dan batas-batasnya.
Aliran keempat yaitu intuisionisme. Aliran ini dimulai oleh Henri Bergson. Jika
aliran ketiga aliran sebelumnya menekankan pentingnya akal dalam mencapai
pengetahuan, aliran ini justru mementingkan intuisi. Penekanan terhadap
intuisi ini tidak berarti bahwa mereka menafikan sama sekali peran akal
dan indera. Mazhab ini menyatakan bahwa mereka pengetahuan yang diperoleh melalui
penghayatan langsung lebih superior dan sempurna. Secara epistemologis,
pengetahuan melalui intuisi ini diperoleh melalui perasaan langsung mengenai
hakekat sebuah objek, bukan aspek lahiriah dari objek itu. Bergson membagi
pengetahuan menjadi dua macam; pengetahuan mengenai (knowledge about) dan
pengetahuan tentang (knowledge of ) . Yang pertama bersifat diskursif-simbolis,
sementara yang kedua bersifat langsung.
BAB V PENUTUP
Menurut John M. Echols (1997:329) intuisionisme berasal
dari perkataan Inggris yaitu intuition yang artinya gerak hati. Maksudnya
adalah bahwa manusia memiliki gerak hati atau disebut hati nurani. Gerak hati
mampu membuat manusia melihat secara langsung suatu perkara benar atau salah,
jahat atau baik, buruk atau baik secara moral. Ia dirujuk sebagai suatu proses
melihat dan memahami masalah secara spontan juga merupakan satu proses melihat
dan memahami suatu masalah secara intelek. Pengetahuan intuitif ini
merupakan pengetahuan langsung tentang suatu hal tanpa melalui proses pemikiran
rasional. Namun kemampuan seperti ini bergantung kepada usaha manusia itu
sendiri.
Intuisionisme adalah system etika yang tidak mengukur
baik atau buruk suatu perbuatan berdasarkan hasilnya tetapi berdasarkan niat
dalam melaksanakan perbuatan tersebut.
Tokoh-tokoh aliran intuisionisme dan perkembangannya
1. Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881-1966) Menurut Brouwer, dasar dari
intuisionisme adalah pikiran 2. Arend Heyting (1898-1980) Heyting menciptakan
sebuah formula logik intuisionisme yang sangat tepat. Sistem ini dinamakan
“Predikat Kalkulus Heyting” 3. Sir Michael Anthony Eardly Dummett
(1925-sekarang) Filsafat Dummett lebih mementingkan pada logika intuisionistik
daripada matematika itu sendiri
Menurut Immanuel Kant (1724:1804) akal tidak pernah
mampu mencapai pengetahuan langsung tentang sesuatu perkara. Akal hanya mampu
berpikir perkara yang dilihat terus (fenomena) tetapi hati mampu menafsir suatu
perkara dengan tidak terhalang oleh perkara apapun tanpa ada jarak antara
subjek dan objek.
Hati dapat memahami pengalaman-pengalaman khusus, misalnya pengalaman
eksistensial, yaitu pengalaman hidup manusia yang dirasakan langsung, bukan
yang telah ditafsir oleh akal. Akal tidak dapat mengetahui rasa cinta, tetapi
hatilah yang merasakannya.
Keutamaan hati sebagai sumber pengetahuan yang paling banyak dipercayai
dibanding sumber lain. Pengetahuan ini disebut intuisionisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar