Selasa, 10 Januari 2017

Pentingnya Pendidikan Moral Di Era Globalisasi



Pentingnya Pendidikan Moral Di Era Globalisasi


Globalisasi memiliki sisi positif dan negatif terhadap pendidikan moral. Disatu sisi, arus globalisasi merupakan harapan yang akan memberikan berbagai kemudahan bagi kehidupan manusia. Namun disisi lain, era globalisasi juga memberikan dampak yang sangat merugikan. Dengan perkembangan sektor teknologi dan informasi, manusia tidak lagi harus menunggu waktu, untuk bisa mengakses berbagai informasi dari seluruh belahan dunia, bahkan yang paling pelosok sekalipun. Kondisi ini menjadikan tidak adanya sekat serta batas yang mampu untuk menghalangi proses transformasi kebudayaan. John Neisbitt, menyebutkan kondisi seperti ini sebagai “gaya hidup global”, yang ditandai dengan berbaurnya budaya antar bangsa, seperti terbangunnya tatacara hidup yang hampir sama, kegemaran yang sama, serta kecenderungan yang sama pula, baik dalam hal makanan, pakaian, hiburan dan setiap aspek kehidupan manusia lainnya. Kenyataan semacam ini, akan membawa implikasi pada hilangnya kepribadian asli, serta terpoles oleh budaya yang cenderung lebih berkuasa. Dalam konteks ini, kebudayaan barat yang telah melangkah jauh dalam bidang industri serta teknologi informasi, menjadi satu-satunya pilihan, sebagai standar modernisasi, yang akan diikuti dan dijadikan kiblat oleh setiap individu. Globalisasi menyebabkan perubahan sosial yang memunculkan nilai-nilai yang bersifat pragmatis, materialistis dan individualistik.
Tidak terkecuali, bagi masyarakat Indonesia yang telah memiliki budaya lokal, terpaksa harus menjadikan budaya barat sebagai ukuran gaya hidupnya, untuk bisa disebut sebagai masyarakat modern. Disamping itu, sebagai bangsa yang berpenduduk mayoritas muslim, yang telah memiliki acuan suci, yakni Al-QurĂ¡n dan tauladan Nabi Muhammad SAW, masyarakat Indonesia juga telah menggantikan budaya Islam yang telah mampu mengangkat martabat serta derajat masyarakat jahiliyah Arab dengan budaya barat, yang merupakan produk revolusi industri, yang telah menjatuhkan martabat manusia. Dengan kebebasan individu dalam faham barat, telah menjadikan masyarakat muslim melepaskan kontrolnya dari kepercayaan moralitas serta spiritualitas (agama).
Berbagai perilaku destruktif, seperti alkoholisme, seks bebas, aborsi sebagai penyakit sosial yang harus diperangi secara bersama-sama. Sehingga kenyataan ini menjadikan banyak orang yang tidak lagi mempercayai kemampuan pemerintah, untuk menurunkan angka kriminalitas serta berbagai penyakit sosial lainnya.
Dari gambaran diatas, terlepas dari mana yang paling signifikan, namun kenyatan tersebut, telah menjadikan pendidikan moral serta agama sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi penyakit serta krisis sosial yang ada ditengah masyarakat.
Dalam kontek Negara Kesatuan Republik Indonesia, runtuhnya nilai moralitas serta norma agama dikalangan masyarakat dan para pemimpin bangsa, sebenarnya sangat pantas untuk kita kemukakan kepermukaan, dalam upaya menemukan solusi bagi penyelesaian krisis multidimensional yang ada. Karena ketidak mampuan bangsa ini bangkit dari keterpurukan, lebih diakibatkan oleh kurangnya kebersamaan serta rasa saling menang dan meraih keuntungan sendiri, diantara setiap elemen bangsa. Kesadaran dari masing-masing individu serta kelompok akan kemaslahatan bersama-lah, yang akan menjadi solusi paling tepat bagi upaya penyembuhan penyakit sosial yang ada. Dengan demikian, pendidikan moral dan agama, menjadi sangat mutlak bagi terbangunnya tata kehidupan masyarakat yang damai, adil makmur dan bermartabat. Terlebih lagi, dalam konteks kehidupan global yang semakin transparan dan penuh kompetisi, nilai agama dan moralitas merupakan benteng agar setiap individu tidak terjerumus dalam prakti kesewenag-wenangan dan ketidak adilan.
Saat ini, di Indonesia, Pemerintah yang menggulirkan program revolusi mental, akan terkait sangat erat dengan aktivitas pendidikan. Melihat berbagai sudut kehidupan yang sangat buruk, seperti korupsi, tidak ada toleransi, dan lain-lain, maka pendidikan moral sangat penting untuk diterapkan. Bukan hanya berhenti di sekolah saja, namun pendidikan moral hendaknya menjadi sebuah gaya hidup dengan nilai-nilai kemanusiaan yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Miris lagi adalah ketika kebobrokan moral itu terjadi justru di dalam bidang pendidikan.
Contoh sederhana di sekolah adalah, tuntutan yang begitu besar untuk mendapatkan nilai yang tinggi, membuat siswa baik atas inisiatif sendiri maupun dari guru, mencoba mendapatkan nilai maksimal dengan segala cara. Mencontek, bekerjasama dalam mengerjakan soal, seperti suatu hal yang lumrah terjadi di sekolah. Ini diperparah dengan masyarakat kita yang begitu mendewakan hasil nilai akhir dari pada kejujuran dari siswa itu sendiri. Masyarakat tidak pernah membanggaka siswa yang berlaku jujur dalam mengerjakan ujian, namun mereka justru membanggakan nilai besar yang diperoleh siswa dengan menghalalkan segala cara.
Pendidikan moral sangat penting diterapkan dalam sendi kehidupan. Kenyataan yang ada pada masyarakat seperti di atas, dengan penerapan pendidikan moral sejak dini pada anak, maka lambat laun itu akan bisa segera hilang. Saat ini pun semakin banyak masyarakat yang sadar bahwa pendidikan itu bukan sekedar bagaimana cara mendapatkan nilai yang bagus. Namun pendidikan adalah sebuah media untuk mencetak manusia yang benar-benar berakal, berbudi luhur dan tentunya berguna bagi nusa, bangsa dan agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar