aliran materialisme dalam pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat,sedangkan
filsafat beraneka ragam alirannya,maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan
temukan berbagai mazhab dan aliran,sekurang-kurangnya sebanyak aliran dalam filsafat
itu sendiri. Maksud dari “sekurang-kurangnya” adalah masih terdapat filsafat
pendidikan yang merupakan suatu elektrik dari berbagai pandangan filsafat
pendidikan yang telah ada.
Salah satu
aliran filsafat pendidikan adalah aliran materialisme. Aliran filsafat
materialisme memandang bahwa realitas seluruhnya adalah materi. Materialisme
berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi bukan rohani,bukan
spiritual,atau super natural. Dalam pandangan materialisme,baik yang dahulu
maupun yang modern ,manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya kayu
dan batu.
Memang orang
materialis tidak mengatakan bahawa manusia sama
dengan benda seperti kayu dan batu.
Akan tetapi,materialisme mengatakan bahwa pada akhirnya,jadi pada
prinsipnya,pada dasarnya,manusia hanyalah sesuatu yang material dengan kata
lain materi betul-betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih tunggal
ketimbang benda-benda tersebut,tetapi pada eksistensinya manusia sama saja
dengan mereka.
Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang
termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan
mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi
disebut sebagai "materialis". Materialisme mempunyai macam-macam varian,tetapi
semuanya memegang bahwa material merupakan dasar dari segala sesuatu yang ada
dan semua hal lain tergantung kepada material ini. Dan pada hakikat realismenya
adalah materi bukan spiritual,atau super natural. Jadi materialisme merupakan
paham yang menyatakan bahwa yang nyata hanyalah materi.
Cabang materialisme yang banyak diperhatikan
orang dewasa ini,dijadikan sebagai landasan berpikir adalah “Positivisme”. Positivisme
adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan
metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana
untuk memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya
idealisme Jerman Klasik).Menurut positivisme,kalau sesuatu itu memang ada,maka
adanya itu adalah jumlahnya.
Materialisme maupun positivisme pada dasarnya
tidak menyusun konsep pendidikan secara eksplisit. Bahkan menurut Henderson
(1959),materialisme belum pernah menjadi penting dalam menentukan sumber teori
pendidikan.
Menurut Waini Rasyidin
(1992),filsafat positivisme sebagai cabang dari materialisme lebih cenderung
menganalisis hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan secara faktual. Memilih aliran positivisme berarti menolak filsafat pendidikan dan
mengutamakan sains pendidikan. Dikatakan positivisme,karena mereka
beranggapan bahwa yang dapat kita pelajari hanyalah yang mendasarkan
fakta-fakta,berdasarkan data-data yang nyata,yaitu yang mereka namakan positif.
Pandangan
Materialisme Mengenai Belajar
Behaviorisme
Menurut behaviorisme,apa yang
disebut dengan kegiatan mental kenyataannya tergantung pada kegiatan fisik,yang
merupakan berbagai kombinasi dan materi dalam gerak. Gerakan fisik yang terjadi
dalam otak,kita sebut berpikir,dihasilkan oleh peristiwa lain dalam dunia
materi,baik material yang berada dalam tubuh manusia maupun materi yang berada
diluar tubuh manusia.
Behaviorisme
yang berakar pada positivisme dan materialisme telah populer dalam menyusun
teori pendidikan,terutama dalam teori belajar, yaitu apa yang disebut dengan
“conditioning theory”,yang dikembangkan oleh E.L.Thorndike dan B.F.Skinmer.
Menurut behavorisme,perilaku manusia adalah hasil
pembentukan melalui kondisi lingkungan (seperti contoh anak dan kucing diatas).
Yang dimaksud dengan perilaku adalah hal-hal yang berubah dapat diamati,dan
dapat diukur (materialisme dan positivisme).
dalam hal ini proses belajar merupakan
proses kondisionaisasi lingkungan.
Misalnya, dengan mengadakan
percobaan terhadap anak yang tidak pernah takut pada kucing,akhirnya ia menjadi
takut pada kucing. Hal ini mengandung
implikasi bahwa proses pendidikan (proses belajar) menekankan pentingnya
keterampilan dan pengetahuan akademis yang empiris sebagai hasil kajian
sains,serta perilaku sosial sebagai hasil belajar.
Power (1982) mengemukakan beberapa
implikasi pendidikan positivisme behaviorisme yang bersumber pada filsafat
materialisme,sebagai berikut;
1) Tema
Manusia yang baik dan efisien
dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah dan seksama.
2) Tujuan pendidikan
Perubahan perilaku mempersiapkan
manusia sesuai dengan kapasitasnya untuk tanggung jawab hidup sosial dan
pribadi yang kompleks.
3) Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan
yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi,selalu berhubungan dengan
sasaran perilaku.
4) Metode
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi . (SR conditioning. operant conditioning ,reinforcement, pelajaran
berprogram dan kompetens
5)
Kedudukan siswa
Tidak ada kebebasan.perilaku
ditentukan oleh kekuatan dari luar.pelajaran sudah dirancang.siswa dipersiapkan
untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.
6) Peranan guru
Guru memiliki kekuasan untuk
merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan
karakter hasil belajar siswa.
Comte,terdapat tiga perkembangan
berpikir yang dialami manusia yaitu:
1) Tingkatan Teologis
Pada tingkatan teologis,pola
berpikir manusia dikuasai oleh tahayyul dan prasangka. Kepercayaan atas
kekuatan gaib diluar manuasia sangat mendasari cara berpikir abstrak.
2) Tingkatan Metafisika
Pola berpikir manusia telah
meninggalkan teologis,namun masih berpikir abstrak,masih mempersoalkan hakikat
dari segala yang ada,termasuk hakikat yang gaib juga.
3) Tingkatan Positif
Tingkatan berpikir berdasarkan pada
sains,dimana pandangan dogmatis dan spekulatif metafisika diganti oleh
pengetahuan fektual.
Materialisme Mengenai Belajar
Empiris
Pandangan
Thomas Hobbes,sebagai pengikut empirisme materialistis,ia berpendapat bahwa pengalaman
merupakan awal dari segala pengetahuan,juga awal pengetahuan tentang asas-asas
yang diperoleh dan dikukuhkan oleh pengalaman. Hanya pengalamanlah yang
memberikan kepastian pengetahuan melalui akal hanya memiliki fungsi mekanis
semata,sebab pengenalan dengan akal mewujudkan suatu proses penjumlahan dan
pengurangan.
Empirisme adalah
suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal
dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa
fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris
dengan tiga eksponennya adalah David Hume, George Berkeley dan John Locke.