Rabu, 26 November 2014

Revisi Aliran Materialisme

aliran materialisme dalam pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat,sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya,maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai mazhab dan aliran,sekurang-kurangnya sebanyak aliran dalam filsafat itu sendiri. Maksud dari “sekurang-kurangnya” adalah masih terdapat filsafat pendidikan yang merupakan suatu elektrik dari berbagai pandangan filsafat pendidikan yang telah ada.

Salah satu aliran filsafat pendidikan adalah aliran materialisme. Aliran filsafat materialisme memandang bahwa realitas seluruhnya adalah materi. Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi bukan rohani,bukan spiritual,atau super natural. Dalam pandangan materialisme,baik yang dahulu maupun yang modern ,manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya kayu dan batu.
Memang orang materialis tidak mengatakan bahawa manusia sama  dengan benda seperti kayu dan batu.  Akan tetapi,materialisme mengatakan bahwa pada akhirnya,jadi pada prinsipnya,pada dasarnya,manusia hanyalah sesuatu yang material dengan kata lain materi betul-betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih tunggal ketimbang benda-benda tersebut,tetapi pada eksistensinya manusia sama saja dengan mereka.
Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai "materialis". Materialisme mempunyai macam-macam varian,tetapi semuanya memegang bahwa material merupakan dasar dari segala sesuatu yang ada dan semua hal lain tergantung kepada material ini. Dan pada hakikat realismenya adalah materi bukan spiritual,atau super natural. Jadi materialisme merupakan paham yang menyatakan bahwa yang nyata hanyalah materi.
Cabang materialisme yang banyak diperhatikan orang dewasa ini,dijadikan sebagai landasan berpikir adalah “Positivisme”. Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme Jerman Klasik).Menurut positivisme,kalau sesuatu itu memang ada,maka adanya itu adalah jumlahnya.
Materialisme maupun positivisme pada dasarnya tidak menyusun konsep pendidikan secara eksplisit. Bahkan menurut Henderson (1959),materialisme belum pernah menjadi penting dalam menentukan sumber teori pendidikan.







Menurut Waini Rasyidin (1992),filsafat positivisme sebagai cabang dari materialisme lebih cenderung menganalisis hubungan faktor-faktor  yang mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan secara faktual. Memilih aliran positivisme berarti menolak filsafat pendidikan dan mengutamakan sains pendidikan. Dikatakan positivisme,karena mereka beranggapan bahwa yang dapat kita pelajari hanyalah yang mendasarkan fakta-fakta,berdasarkan data-data yang nyata,yaitu yang mereka namakan positif.
       
Pandangan Materialisme Mengenai  Belajar Behaviorisme        
Menurut behaviorisme,apa yang disebut dengan kegiatan mental kenyataannya tergantung pada kegiatan fisik,yang merupakan berbagai kombinasi dan materi dalam gerak. Gerakan fisik yang terjadi dalam otak,kita sebut berpikir,dihasilkan oleh peristiwa lain dalam dunia materi,baik material yang berada dalam tubuh manusia maupun materi yang berada diluar tubuh manusia.     

Behaviorisme yang berakar pada positivisme dan materialisme telah populer dalam menyusun teori pendidikan,terutama dalam teori belajar, yaitu apa yang disebut dengan “conditioning theory”,yang dikembangkan oleh E.L.Thorndike dan B.F.Skinmer.
Menurut behavorisme,perilaku manusia adalah hasil pembentukan melalui kondisi lingkungan (seperti contoh anak dan kucing diatas). Yang dimaksud dengan perilaku adalah hal-hal yang berubah dapat diamati,dan dapat diukur (materialisme dan positivisme).
dalam hal ini proses belajar merupakan proses kondisionaisasi lingkungan.
Misalnya, dengan mengadakan percobaan terhadap anak yang tidak pernah takut pada kucing,akhirnya ia menjadi takut pada kucing.  Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan (proses belajar) menekankan pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademis yang empiris sebagai hasil kajian sains,serta perilaku sosial sebagai hasil belajar.

Power (1982) mengemukakan beberapa implikasi pendidikan positivisme behaviorisme yang bersumber pada filsafat materialisme,sebagai berikut;
     
      1)      Tema
Manusia yang baik dan efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah dan seksama.
     
      2)      Tujuan pendidikan
Perubahan perilaku mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.
        
      3)      Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi,selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
     
      4)      Metode
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi . (SR conditioning. operant conditioning ,reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetens






5)      Kedudukan siswa
Tidak ada kebebasan.perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar.pelajaran sudah dirancang.siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.
     
      6)      Peranan guru
Guru memiliki kekuasan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.

Comte,terdapat tiga perkembangan berpikir yang dialami manusia yaitu:
     
      1)      Tingkatan Teologis
Pada tingkatan teologis,pola berpikir manusia dikuasai oleh tahayyul dan prasangka. Kepercayaan atas kekuatan gaib diluar manuasia sangat mendasari cara berpikir abstrak.
     
      2)      Tingkatan Metafisika
Pola berpikir manusia telah meninggalkan teologis,namun masih berpikir abstrak,masih mempersoalkan hakikat dari segala yang ada,termasuk hakikat yang gaib juga.
     
      3)      Tingkatan Positif
Tingkatan berpikir berdasarkan pada sains,dimana pandangan dogmatis dan spekulatif metafisika diganti oleh pengetahuan fektual.

Materialisme Mengenai Belajar Empiris
            Pandangan Thomas Hobbes,sebagai pengikut empirisme materialistis,ia berpendapat bahwa pengalaman merupakan awal dari segala pengetahuan,juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan dikukuhkan oleh pengalaman. Hanya pengalamanlah yang memberikan kepastian pengetahuan melalui akal hanya memiliki fungsi mekanis semata,sebab pengenalan dengan akal mewujudkan suatu proses penjumlahan dan pengurangan.
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David Hume, George Berkeley dan John Locke.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar