Kamis, 09 Juli 2015

Aliran Neo Positivisme



Neo Positivisme Terhadap Pendidikan




Berfikir merupakan penentu ada atau tidaknya keberadaan manusia. Dengan berfikir, manusia akan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru yang akan berkembang dari masa ke masa. Pengetahuan merupakan syarat mutlak bagi manusia untuk mempertahankan keberadaanya. Pendidikan merupakan salah satu faktor terbesar bagi terasah dan berkembangnya pengetahuan seseorang. Filsafat dipandang sebagai bagian dari pendidikan.
Neo Positivisme merupakan aliran yang sudah tidak asing lagi bagi dunia pendidikan. Aliran filsafat neo positivisme merupakan aliran yang beranggapan bahwa segala pengetahuan di anggap benar apabila dapat di buktikan kebenarannya.  Positivisme merupakan penyempurnaan dari aliran empirisme dan rasionalisme. Positivisme memandang pentingnya pembuktian dan ukuran dalam  ilmu pengetahuan. Positivisme menyatakan  pengetahuan hanya bisa dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui metode saintifik.
 Positivisme  memiliki pengaruh yang besar  dalam dunia pendidikan, banyak doktrin yang menyatakan bahwa Ilmu-ilmu manusia dan ilmu-ilmu alam berada di bawah payung paradigma yang sama yaitu paradigma positivistik. Menurut  Adian (2006), Doktrin ini mengajukan kriteria-kriteria bagi ilmu pengetahuan, sebagai berikut:
a.                   Mempunyai nilai
b.                  Menggunakan metode verifikasi - empiris
c.                   Bahasa yang digunakan harus analitik dan bisa diperiksa secara empiris
d.                  Bersifat eksplanasi
Jelas menurut doktrin tersebut bahwa ilmu pengetahuan tidak bisa berkembang hanya dengan menggunakan asumsi-asumsi yang tidak dapat di buktikan kebenarannya. Kebenaran diperoleh dari fakta-fakta yang telah dikumpulkan melalui metode ilmiah, lalu dihubungkan benang merahnya sehingga menimbulkan suatu kesimpulan yang memiliki nilai.

Tokoh Neo Positivisme

Tokoh terpenting dalam aliran positivisme adalah Auguste Comte (1798 -1857). Auguste Comte, yang bernama lengkap Isidore Marie Auguste Francois Xavier Comte, di lahirkan di Montpellier Prancis selatan pada 17 Januari 1798. Karena peranannya yang amat penting dalam aliran ini, Auguste Comte mendapat julukan Bapak Positivisme.
 Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina dengan tokoh-tokohnya O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain. . Neo Positivisme adalah sebuah filsafat yang berasal dari Lingkaran Wina pada tahun 1920-an. Kaum Neo Positivisme disebut juga kaum empiris logika. Pada umumnya disebut juga Mahzab Wina atau Kring Wina Serta kelompok yang turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin. Kedua kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran seperti atomisme logi dan positivisme logis. Pokok bahasan positivisme contohnya tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
Menurut Auguste Comte, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:

·         Tahap teologis
Pada tahap ini manusia mengarahkan pandangannya kepada hakikat yang batiniah (sebab pertama). Di sini manusia percaya kepada kemungkinan adanya sesuatu yang mutlak. Kepercayaan atas kekuatan gaib di luar manusia sangat mendasari cara berpikir manusia
·         Tahap metafisis
Pola berpikir manusia telah meninggalkan teologis, namun masih berpikir abstrak, masih mempersoalkan hakikat dan segala yang ada, termasuk hakikat yang gaib juga.
·         Tahap ilmiah/positif
Pada tahap ini manusia telah mulai mengetahui dan sadar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafisis tidak ada gunanya. Sekarang manusia berusaha mencari hukum-hukum yang berasal dari fakta-fakta pengamatan dengan memakai akal.

Manusia membatasi dan mendasarkan pengetahuannya pada yang dapat dilihat, dapat diukur, dan dapat dibuktikan. Contohnya pada zaman ini manusia sudah banyak yang meninggalkan kepercayaan menyembah roh-roh nenek moyang, walau masih ada segelintir manusia yang masih melakukan hal-hal tersebut. Dulu manusia meminta kekayaan terhadap roh-roh ghaib tetapi sekarang lambat laun kepercayaan itu mulai hilang. Manusia lebih baik bekerja untuk mendapatkan uang.
            Pada tahapan positif, manusia lebih percaya diri karena memiliki bekal untuk mempertahankan kehidupannya dengan pengetahuan. Dengan pengetahuan yang terus berkembang manusia dapat lebih memahami alam beserta kekayaan yang dimiliki oleh alam tersebut sehingga dapat dimanfaatkan dengan searif mungkin.

Neo Positivisme Dan Pendidikan

Pendidikan yang berlandaskan Neo Positivisme menekankan pentingnya metode empiris-eksperimental dan menuntut adanya penilaian objektivitas dalam setiap pembahasannya sehingga pendidikan di arahkan pada tujuan yang realistik atau sesuai dengan kenyataannya. Pengembangan kurikulum ditekankan pada proses terbentuknya peserta didik yang rasional dan empiris. Pendidikan harus berlandaskan pada kebenaran yang pasti dan indrawi ( dapat dilihat, dirasakan, diamati dan lain-lain).
Dengan adanya penilaian objektivitas diharapkan dapat menekan penilaian yang bersifat subjektif, karena penilaian subjektivitas dianggap tidak sesuai dengan aliran neo positivisme. Penilaian subjektivitas tidak dapat di pertanggung jawabkan keabsahannya.
Positivisme memiliki pengaruh yang kuat pada metode ilmiah, karena hanya fakta-fakta saja yang dapat diterima. Pendidikan harus mampu menjadi sarana di gunakannya metode ilmiah dalam setiap proses pembelajaran. Dengan menggunakan metode ilmiah, manusia akan lebih menggunakan akal fikirannya untuk membuktikan sesuatu agar dapat dinilai kebenarannya dibandingkan hanya dengan meletakkan asumsi-asumsi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Sebuah teori dianggap benar apabila telah mencapai 95% keakuratannya, dan teori tersebut dapat digunakan dan diterapkan dalam memecahkan suatu permasalahan.  Karena manusia tidak mungkin mengharapkan kebenaran 100% dalam sebuah teori hasil pemikiran manusia, yang terpenting adalah seberapa besar kemungkinan teori itu benar. Kebenaran ilmiah dan keberhasilan pendidikan saat ini diukur secara positivisme, yaitu harus konkrit, eksak, akurat, dan memberi manfaat pada pelaksana pendidikan.
Aliran Neo Positivisme memiliki peranan yang sangat besar dalam pendidikan saat ini. Dengan menggunakan metode ilmiah yang diterapkan dalam memahami realitas maka kebenaran dapat tercapai. Namun kebenaran yang didapat merupakan kebenaran yang bersifat sementara hingga di temukannya kembali kebenaran yang lebih hakiki lagi, sehingga kebenaran akan memiliki kemungkinan akan terus terbaharui dari masa ke masa tergantung peningkatan kemampuan manusia pada zamannya.
Pendidikan harus dapat merangsang intelektual pelaksana pendidikan baik guru, murid maupun semua perangkat sekolah. Pendidikan berfungsi untuk mengasah pemikiran yang pada akhirnya akan membuat manusia menjadi manusia yang seutuhnya, sehingga manusia bukan hanya dilihat dari wujudnya tetapi dilihat dari pemikiran-pemikirannya, dan pendidikan membuat peserta didik lebih memahami mengenai kebenaran yang ada. Masyarakan pendidikan menghendaki agar pengajaran memerhatikan minat, kebutuhan, dan kesiapan peserta didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial sekolah.
Positivisme menjadi tempat berkumpul bagi kelompok ilmuan abad 20 yang dikenal dengan nama Vienna circle, terdiri dari ilmuan ahli matematika, ahli logika symbol yang tertarik pada filsafat. Perkumpulan ini melihat filsafat sebagai logika sains yang dikenal sebagai positivisme logis. Model positivisme yang dikembangkan oleh Bertrand Rusell yang meneruskan filsafat positivisme Comte yang merupakan letak dasar pendektan kualitatif dalam perkembangan ilmu dengan meletakkan matematika sebagai dasarnya.
Auguste Comte mengkategorikan ilmu  dalam enam kategori kegunaan yang sifatnya praktis, yaitu:
·            menempatkan matematika sebagai dasar bagi ilmu pengetahuan.
·            Ilmu perbintangan (astronomi) yang berfungsi menyusun hukum-hukum  ilmu pasti dalam hubungan dengan gejala benda-benda langit.
·           Ilmu alam (fisika). Menurutnya, melalui observasidan eksperimen, ilmu-ilmu fisika atau ilmu alam menunjukkan hubungan-hubungan yang mengatur sifat dengan masa.  
·            Ilmu kimia yang berfungsi untuk membuktikan adanya keterkaitan yang luas di antara ilmu-ilmu seperti dalam ilmu hayat (biologi) dan bahkan dengan sosiologi. Metode yang digunakan dalam bidang ini adalah observasi dan eksperimen.
·            ilmu hayat (biologi). Jelasnya, pada tingkatan ini, ilmu telah berhadapan secara langsung dengan gejala-gejala kehidupan sebagai unsur yang lebih kompleks.
·           Ilmu fisika sosial (sosiologi), sosiologi berfungsi untuk menghadapkan ilmu pada hakikat kehidupan yang lebih kompleks, lebih konkret, dan lebih khusus dengan suatu kelompok manusia.

Neo Positivisme beranggapan bahwa suatu hal harus di buktikan dulu kebenarannya bukan hanya asumsi semata. Kehidupan bergantung pada kebutuhan yang nyata, pasti, dan  rasional.
Jika manusia hanya hidup dalam asumsi yang tidak jelas kebenarannya  maka kehidupan manusia akan terombang-ambing dalam ketidakpastian  Oleh karena itu masyarakat perlu memperdalam pengetahuan yang bersifat empiris dan realistik untuk menjunjang kehidupannya.

Kritikan terhadap Teori Neo Positivisme.

Max Horkheimer memberikan kritikan terhadap aliran neo positivisme, yaitu:
1.         Positivisme mengabaikan pengaruh peneliti dalam memahami realitas sosial dan secara salah menggambarkan objek studinya.
2.         Positivisme tidak memiliki elemen refleksif yang mendorongnya berkarakter konservatif.

Selain kritikan tersebut, kelemahan neo positivisme dalam pendidikan adalah terpakunya nilai hanya pada hasil akhir tanpa memerhatikan proses peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Nilai dijunjung tinggi sebagai patokan keberhasilan seorang siswa. Sehingga ada anggapan bahwa yang terpenting dalam sekolah adalah keberhasilan mendapatkan nilai yang tinggi. Sedangkan nilai yang tinggi belum tentu menjamin seseorang dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan dan memiliki kemampuan untuk terjun langsung dalam dunia kerja.