Jumat, 13 Januari 2017

[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan


1. Artikel Aliran Materialisme 
2. Revisi Aliran Materialisme
3. Kota Serang 
4. Pertanyaan 
5. Orasi 
6. Kajian Filsafat Pancasila
7. Pertanyaan
8. Power Point Aliran Materialisme ( dikirim via Email)
9. Aliran Idealisme
10.The My Hero Project Mohammad Hatta
11.Filsafat Politik sebagai Filsafat Kesadaran
12.FILSAFAT MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
13Membangun Dunia dengan Filsafat Pendidikan Matematika
14. Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan 
15.Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan 
16.Pendidikan sebagai Hak Asasi Manusia
17.Provinsi Banten
18. Pentingnya Pendidikan Moral Di Era Globalisasi
19.PUISI UNTUK IBU : TERIMAKASIH IBU
20.Problematika Pendidikan di Indonesia
21.Filsafat diluar Yunani
22.10 jenis aliran Filsafat yang mengubah pola pikir manusia
23. FILSAFAT FENOMENOLOGI
24.Aliran Rekontruksionisme
25.Filsafat Metafisika
26.PERMASALAHAN FILSAFAT, SISTEMATIKA FILSAFAT, ATAU FILSAFAT SISTEMATIS
27.Filsafat Hidup Rasulullah SAW
28.FILSAFAT BARAT ABAD PERTENGAHAN
29.PEMIKIRAN FILSAFAT TIMUR
30.Aksiologi ( Filsafat Ilmu )
31.Wujud Akulturasi Masyarakat Muslim Cikoneng (kearifan lokal filsafat)
32.PENGANTAR FILSAFAT
33.Aliran Monisme
34.FILSAFAT LOGIKA
35.Filsafat Pendidikan Pancasila Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Nasional
36.Aliran Eksistensialisme dengan pendidikan 
37.Filsafat Analitis (Filsafat Dewasa Ini )
38.KAJIAN ONTOLOGIS MATEMATIKA
39. Pandangan Epistemologi Essensialisme
40.FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENDIDIKAN
41.Cabang-Cabang Filsafat
42.TOKOH-TOKOH FILSAFAT PENDIDIKAN
43.Sejarah Filsafat Berdasarkan Kurun Waktu
44.FILSAFAT HIDUP
45.Filsafat Ilmu Pada Zaman Klasik
46.Sarana Berfikir Ilmiah
47.3(tiga) domain kajian filsafat ilmu
48.TEORI NILAI ( AKSIOLOGI )
49.Aliran krititisme oleh Immanuel Kant
50.Aliran Rekontruksionisme
51.Aliran Perennialisme
52.Kajian Ontologis : Dahulu dan Masa Kini
53.KAJIAN TEMATIK FILSAFAT
54.Si Lengket Bermetemorfosis
55.Seni Rampak Bedug Sebagai Media Dakwah di Banten
56.ALIRAN INTUISIONALISME
57.FILSAFAT KONTEMPORER
58.POSMODERNISME (Krisis dan Masa Depan Pengetahuan)
59. Strukturalisme (Aliran Pemikiran)
60.Filsafat Pra Socrates (Filosof Alam)
61.MENGENAL MASJID AGUNG BANTEN SERTA GEOMETRI NYA
62.MENGENAL BATIK BANTEN
63.MENGENAL SUKU BADUY DILIHAT DARI PENGGUNAAN BAHASA, CARA BERPAKAIAN, MATA PENCAHARIAN DAN PERNIKAHAN
64.Sejarah Singkat suku Baduy ( urang Kanekes )
65.HUBUNGAN ETIKA, MORAL, NORMA DAN KESUSILAAN
66.POST-POSITIVISME (Ilmu Filsafat)
67. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU
68.PENALARAN DAN LOGIKA DALAM FILSAFAT
69.EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, AKSIOLOGI, PENGETAHUAN FILSAFAT
70.Tempat Wisata Air Terjun atau Curug di Banten
71.Asal Muasal Karang Bolong di Anyer Banten
72.Ilmu Hitung Masyarakat Baduy
73. Legenda Gunung Pinang Banten
74.filosofi kehidupan
75.Toleransi Beragama
76.Filsafat Hukum Islam
77.Cinta dan Filsafat
78.HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN FILSAFAT
79.Filsafat Ekonomi
80.Gapura Banten
81.Filsafat hukum
82.Filsafat Dalam Budaya
83,Filsafat ketuhanan
84.Asal-usul Nama Anyar (kampung halaman)
85.Peran Logika dalam Filsafat
86.Peran Filsafat Dalam Implementasi Kurikulum 2013
87.SUNDA WIWITAN
88.Manfaat dan Objek Kajian Filsafat Pendidikan
89.Filsafat Penelitian
90.Cara Kerja Fisafat Dan Filsafat ILmu Pengetahuan
91.FILSAFAT PANCASILA
92.METODE KERAGUAN (SKEPTISISME) DESCARTES
93.ADEQUASI ILMU: DOGMATISME, DIALEKTISISME DAN SKEPTISISME
94. SINIS DAN SKEPTISISME
95.Metode Skeptisisme di dalam Filsafat Modern
96.Filsafat Kaum Sofis Dan Sokrates
97.Produk Pemikiran Filsafat
98.Kebenaran Filsafat
99.Filsafat : Hati dan Akal
100.Filsafat Metafisika Dalam Pendidikan
101. Aliran Perennialisme Dan Ilmu Pengetahuan
102.Kematian Berdampak Masalah 
103.Tiga Kebenaran Filsafat  
104.Kebenaran dari Pikiran yang Salah
105.Memimpin Ibarat Menanam Pohon
106.Belajarlah dari Padi
107.Ketika Sila Ke 5 Menghilang dari Negara Ini
108.Benarkah Filsafat Musuh Agama?
109.Lahir dan Runtuhnya Waktu
110.Ciri-ciri berpikir filsafat
111.Tugas Uas 10 Pertanyaan beserta Jawabannya ( dikirim Via Email )

Kamis, 12 Januari 2017

Ciri-ciri berpikir filsafat

Ciri-ciri berpikir filsafat
 
Orang yang berpikir filsafat paling tidak harus mengindahkan ciri-ciri berpikir sebagai berikut:
1. Berpikir filsafat Radikal. Yaitu berpikir sampai keakar-akarnya, sampai pada hakekat atau sustansi, esensi yang dipikirkan. Sifat filsafat adalah radikal atau mendasar, bukan sekedar mengetahui mengapa sesuatu menjadi demikian, melainkan apa sebenarnya sesuatu itu, apa maknanya.
2. Berpikir filsafat Universal. Yaitu berpikir kefilsafatan sebagaimana pengalaman umumnya.
Misalnya melakukan penalaran dengan menggunakan rasio atau empirisnya, bukan menggunakan intuisinya. Sebab, orang yang dapat memperoleh kebenaran dengan menggunakan intuisinya tidaklah umum di dunia ini. Hanya orang tertentu saja.
3. Berpikir filsafat Konseptual. Yaitu dapat berpikir melampaui batas pengalaman sehari-hari manusia, sehingga menghasilkan pemikiran baru yang terkonsep.
4. Berpikir filsafat Koheren dan Konsisten. Yaitu berpikir kefilsafatan harus sesuai dengan kaedah berpikir (logis) pada umumnya dan adanya saling kait-mait antara satu konsep dengan konsep lainnya.
5. Berpikir filsafat Sistematis. Yaitu dalam berpikir kefilsafatan antara satu konsep dengan konsep yang lain memiliki keterkaitan berdasarkan azas keteraturan untuk mengarah suatu tujuan tertentu.
6. Berpikir filsafat Komprehensif. Yaitu dalam berpikir filsafat, hal, bagian, atau detail-detail yang dibicarakan harus mencakup secara menyeluruh sehingga tidak ada lagi bagian-bagian yang tersisa ataupun yang berada diluarnya.
7. Berpikir filsafat Bebas. Yaitu dalam berpikir kefilsafatan tidak ditentukan, dipengaruhi, atau intervensi oleh pengalaman sejarah ataupun pemikiran-pemikiran yang sebelumnya, nilai-nilai kehidupan social budaya, adat istiadat, maupun religious.
8. Berpikir filsafat Bertanggungjawab. Yaitu dalam berpikir kefilsafatan harus bertanggungjawab terutama terhadap hati nurani dan kehidupan sosial.

Penalaran
1. Hakikat Penalaran
Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
2. Ciri-ciri Penalaran
Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).
Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.
Cara berpikir masyarakat dapat dibagi menjadi 2, yaitu : Analitik dan Non analitik. Sedangkan jika ditinjau dari hakekat usahanya, dapat dibedakan menjadi : Usaha aktif manusia dan apa yang diberikan.
Penalaran Ilmiah sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Deduktif yang berujung pada rasionalisme
2. Induktif yang berujung pada empirisme

Logika
Logika berasal dari bahasa Yunani yaitu LOGOS yang berarti ilmu. Logika pada dasarnya filsafat berpikir. Berpikir berarti melakukan suatu tindakan yang memiliki suatu tujuan. Jadi pengertian Logika adalah ilmu berpikir / cara berpikir dengan berbagai tindakan yang memiliki tujuan tertentu.
Logika induksi : Cara berfikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Logika deduktif : Cara berfikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

Teori Kebenaran
Teori kebenaran Korespondensi. Yaitu pengetahuan mempunyai nilai benar apabila pengetahuan itu mempunyai saling kesesuaian dengan obyek atau kenyataan yang diketahui. Contoh: Gigi berada didalam mulut, tidak dikaki.
Teori kebenaran Koherensi. Yaitu pengetahuan mempunyai nilai benar apabila pengetahuan itu mempunyai hubungan dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya dan dinyatakan pula bernilai benar.
Teori kebenaran Pragmatis. Yaitu pengetahuan bernilai benar apabila pengetahuan itu dinyatakan dapat dipergunakan dalam kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam hal ini kebenaran pragmatis tidak mempermasalahkan pentingnya hakikat kebenaran, tetapi yang lebih diutamakan adalah tentang berguna atau tidaknya suatu pengetahuan itu. Contoh: Pena dianggap benar bila dapat digunakan untuk menulis. 
Teori kebenaran Sintaksis. Yaitu pengetahuan atau pernyataan dapat bernilai benar apabila pengetahuan atau pernyataan itu tersusun sedemikian rupa sesuai dengan aturan tata bahasa yang berlaku. Contoh: adanya perbedaan makna antara kalimat ‘seorang dokter mengoperasi pasien di ruang operasi’ dan ‘seorang dokter mengoperasi, pasien di ruang operasi’. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan susunan kalimat. 
Teori kebenaran Semantis. Yaitu suatu pengetahuan atau pernyataan bernilai benar apabila pengetahuan atau pernyataan itu memiliki arti dengan menunjukkan makna yang sesungguhnya berdasarkan kenyataan atau hal yang diacu. Contoh: meja tulis, meja makan, meja computer, dsb. 
Teori kebenaran Non-Deskripsi. Yaitu suatu pengetahuan atau pernyataan bernilai benar apabila pengetahuan atau pernyataan itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan kesepakatan bersama untuk menggunakannya. Contoh: Petani menanam jagung (tapi sebenarnya yang ditanam adalah bibit jagung, untuk diharapkan menjadi jagung nantinya). 
Teori kebenaran Logis yang berlebihan. Yaitu suatu pengetahuan atau pernyataan sudah bernilai benar dengan sendirinya. Contoh: Lingkaran adalah bulat, maju ke depan, mundur ke belakang, dan sebagainya.

Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan dalam dunia ini berawal dari sikap manusia yang meragukan setiap gejala yang ada di alam semesta ini. Manusia tidak mau menerima saja hal-hal yang ada termasuk nasib dirinya sendiri. Rene Descarte pernah berkata “DE OMNIBUS DUBITANDUM” yang mempunyai arti bahwa segala sesuatu harus diragukan. Persoalan mengenai criteria untuk menetapkan kebenaran itu sulit dipercaya. Dari berbagai aliran maka muncullah pula berbagai kriteria kebenaran 4
Pengetahuan bukanlah sekedar pertemuan antara subyek yang mengetahui dengan obyek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subyek yang mengetahui dengan obyek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subyek tidak melebur jadi obyek, atau sebaliknya obyek tidak melebur jadi subyek.

Dalam kehidupan sehari-hari, pengertian tentang pengetahuan dibedakan orang menjadi pengetahuan biasa atau pengetahuan sehari-hari dan pengetahuan yang disebut ilmu atau ilmu pengetahuan. Pengetahuan biasa tidak memiliki syarat-syarat tertentu. Sedangkan ilmu pengetahuan memiliki persyaratan tertentu, yakni : Bersifat obyektif;  Bersifat universal; Memiliki metode; Sistematis

Lahir dan Runtuhnya Waktu

Lahir dan Runtuhnya Waktu

Pemahaman akal sehat kita mengenai waktu telah mengalami sederetan perubahan seiring masa. Waktu memiliki banyak hal untuk dilakukan dalam fisika, namun saat fisika maju, tugas ini dipreteli satu demi satu.
Pada awalnya mungkin tidak jelas, namun hukum gerak Isaac Newton memerlukan waktu dalam banyak tampilannya. Semua pengamat pada dasarnya setuju mengenai urutan peristiwa apa yang terjadi. Tidak peduli kapan atau dimana sebuah peristiwa terjadi, fisika klasik beranggapan kalau anda dapat secara objektif mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi sebelumnya, sesudahnya atau serentak dengan peristiwa lainnya di alam semesta. Waktu dengan demikian memberikan urutan lengkap semua peristiwa di alam semesta. Simultanitas adalah sebuah fakta mutlak yang bebas pengamat. Lebih jauh, waktu pastilah sinambung sehingga kita dapat mendefinisikan kecepatan dan percepatan.
Waktu klasik harus pula memiliki istilah durasi – apa yang ahli fisika sebut sebagai metrik – sehingga kita dapat mengetahui berapa jarak waktu sebuah peristiwa dengan lainnya. Dengan mengatakan kalau pelari olimpiade Usain Bolt dapat berlari dengan kecepatan 43 km per jam, kita perlu memiliki ukuran seberapa panjang satu jam itu. Seperti urutan peristiwa, durasi bersifat bebas pengamat. Jika Ani dan Budi meninggalkan sekolah jam 3 sore, pulang lewat jalan berbeda, dan tiba dirumah jam 6 petang, jumlah waktu yang berlalu bagi Ani dan Budi adalah sama.
Pada dasarnya, Newton mengajukan kalau dunia memiliki jam utama. Jam ini secara unik dan objektif memahat dunia dalam saat-saat waktu. Fisika Newton mendengarkan detakan jam ini saja. Newton juga merasa kalau waktu mengalir dan kalau aliran ini memberi kita panah untuk menentukan ke arah mana kita di masa depan, walau tampilan ekstra ini tidak terlalu dituntut oleh hukumnya.
Waktu Newton terdengar tua bagi kita sekarang, namun sebuah pemikiran sesaat mengungkapkan betapa hebatnya ia. Tampilannya yang serbaneka – urutan, kesinambungan, durasi, simultanitas, aliran dan panah – masuk akal dan logis, namun semuanya menempel pada satu jam utama yang disebut “waktu” oleh Newton.
Rakitan tampilan ini begitu berhasil sehingga bertahan selama hampir dua abad. Lalu muncul serangan akhir abad ke 19 dan 20. Pertama adalah karya fisikawan Austria, Ludwig Boltzmann, yang berpendapat kalau, karena hukum Newton berlaku sama baik maju maupun mundur dalam waktu, waktu sendiri tidak punya arah. Lalu ia mengajukan kalau perbedaan antara masa lalu dan masa depan tidaklah intrinsik dalam waktu dari asimetri dalam bagaimana materi di alam semesta tersusun. Walau ahli fisika masih memperdebatkan detail proposal ini, Boltzmann dengan meyakinkan mencabut satu tampilan waktu Newton.
Einstein melakukan serangan selanjutnya dengan menyingkirkan gagasan simultanitas mutlak. Menurut teori relativitas khususnya, peristiwa apa yang terjadi pada waktu yang sama tergantung pada seberapa cepat kamu bergerak. Arena sejati peristiwa bukanlah waktu atau ruang, tapi kesatuannya: ruang-waktu. Dua pengamat bergerak dengan kecepatan berbeda akan tidak setuju kapan dan dimana sebuah peristiwa terjadi, namun mereka dapat setuju pada lokasinya di ruang waktu. Ruang dan waktu adalah konsep sekunder yang, seperti dikatakan matematikawan Hermann Minkowski, yang dikatakan profesor di universitas Einstein ini, “runtuh, terhapus oleh bayangan.”
Dan semuanya bertambah buruk tahun 1915 lewat teori relativitas umum Einstein, yang memperluas relativitas khusus pada situasi dimana gaya gravitasi bekerja. Gravitasi membengkokkan waktu, sehingga kalimat pertama disini mungkin berbeda artinya dengan kalimat kedua. Hanya pada kasus yang langka menjadi mungkin untuk menyelaraskan waktu dan tetap membuatnya selaras, bahkan walaupun secara prinsip.
Anda tidak dapat secara umum memikirkan dunia ini tidak berlipat, detik demi detik, menurut satu parameter waktu. Dalam situasi yang ekstrim, dunia mungkin tidak terpahat menjadi saat saat waktu sama sekali. Menjadi mustahil untuk mengatakan sebuah peristiwa terjadi sebelum atau sesudah yang lain.
Relativitas umum memuat banyak fungsi dengan kata “waktu” tertempel padanya : waktu koordinat, waktu wajar, waktu global. Bersama mereka melakukan banyak tugas waktu tunggal Einstein, namun secara individual tidak satupun yang pantas mendapatkan namanya. Baik fisika tidak mendengarkan jam ini, atau, bila ya, jam tersebut hanya berlaku pada jalan kecil alam semesta atau pada pengamat tertentu saja. Walaupun ahli fisika masa kini mengatakan kalau sebuah teori penyatuan akan menghilangkan waktu, argumen yang bagus dapat diajukan kalau waktu sudah lenyap tahun 1915 dan kalau kita hanya belum terlalu memahaminya saja.

Benarkah Filsafat Musuh Agama?

Benarkah Filsafat Musuh Agama?

 Itulah pertanyaan yang penulis pikirkan setelah mempelajari filsafat. Di dunia ini juga pasti ada beberapa orang yang menganggap bahwa agama dengan filsafat merupakan musuh, dan berpikiran bahwa agama selalu benar dan filsafat selalu salah. Tetapi disini penulis menemukan bahwa filsafat dan agama saling berkaitan dan tidak benar jika dikatakan bahwa filsafat dengan agama adalah musuh.
Orang-orang yang mengetahui secara mendalam tentang sejarah agama dan filsafat pastinya memahami dengan benar bahwa agama dan filsafat tidak bertentangan. Pertentangan antara keduanya hanya dilihat oleh orang yang memandang dari satu sudut pandang saja. Seperti, seseorang mengatakan bahwa filsafat benar dan agama salah karena ia hanya melihat dari sudut pandang filsafat saja. Sedangkan ada juga orang yang berpandangan bahwa agama benar dan filsafat salah, karena ia hanya memandang dari sudut pandang agama saja.
Agama memang tidak mudah untuk di defenisikan karena agama mengambil bentuk yang bermacam-macam, namun semua orang berkesimpulan bahwa agama segala yang menunjukkan pada kesucian, rasa suci. Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam sejarah dan kehidupan manusia.
Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa antara agama dan filsafat terdapat perbedaan yang ekstrim, serta dipandang bahwa persoalan-persoalan agama dipisahkan dengan filsafat agar tidak "ternodai" dan "tercemari". Mesti dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat. Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil, karena filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai-penting kehidupan, kebahagian, dan kesempurnaan hakiki.
Jika agama membincangkan tentang eksistensi-eksistensi di alam dan tujuan akhir perjalanan segala maujud, lantas bagaimana mungkin agama bertentangan dengan filsafat. Bahkan agama dapat menyodorkan asumsi-asumsi penting sebagai subyek penelitian dan pengkajian filsafat. Pertimbangan-pertimbangan filsafat berkaitan dengan keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi agama hanya akan sesuai dan sejalan apabila seorang penganut agama senantiasa menuntut dirinya untuk berusaha memahami dan menghayati secara rasional seluruh ajaran, doktrin, keimanan dan kepercayaan agamanya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa filsafat tidak lagi dipandang sebagai musuh agama dan salah satu faktor perusak keimanan. Filsafat bahkan mempunyai peran sebagai alat dan perantara yang bermanfaat untuk meluaskan pengetahuan dan makrifat tentang makna terdalam dan rahasia-rahasia doktrin suci agama, dengan ini niscaya menambah kualitas pengahayatan dan apresiasi kita terhadap kebenaran ajaran agama. Walaupun hasil-hasil penelitian rasional filsafat tidak bertolak belakang dengan agama, tapi sebaiknya sebagai penganut agama, kita justru harus bersikap proaktif dan melakukan berbagai pengkajian dalam bidang filsafat sehingga landasan keimanan dan keyakinannya semakin kuat dan terus sempurna, bahkan karena motivasi keimananlah mendorongnya melakukan observasi dan pembahasan filosofis yang mendalam terhadap ajaran-ajaran agama itu sendiri dengan tujuan menyingkap rahasia dan hakikatnya yang terdalam.

Ketika Sila Ke 5 Menghilang dari Negara Ini

Ketika Sila Ke 5 Menghilang dari Negara Ini

Pancasila adalah ideologi  berdirinya negara ini, pancasila merupakan rumusan  dan pedoman kehidupan bagi negara ini,  lewat pancasila tentunya kita semua berharap bahwa negara ini mampu menjadi negara yang luhur, negara yang mampu mengamalkan seluruh asas pokok didalam kandungan pancasila, terutama didalam lima dasar pokok utama, sehingga negara ini mampu  menjadi negara yang berbudi pekerti luhur, yang didalamnya terdapat segala, kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh manusia di negara ini.
Akan tetapi apakah pancasila beserta kandungan  lima dasar pokok asas sudah benar-benar di hayati dan diamalkan seutuhnya oleh negara ini, kita berkaca melalui kenyataan yang terjadi bahwa pancasila saat ini hanya seperti simbol tanpa arti  dan ideologi kosong  , tanpa ada penghayatan dan pengamalan di dalamnya, terutama di dalam sila ke 5, kita pasti semua tau apa itu sila ke 5 ” keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”. Sila ke 5 penghayatan beserta pengamalan telah menghilang dari negara ini, ini di sebabkan oleh kenyataan bobroknya para pemimpin negara ini  dalam menangani kemiskinan dan kesenjangan sosial yang mencapai level kronis dalam negara ini.
Setiap hari kita melihat kenyataan secara langsung, maupun melalui media bahwa banyaknya kasus-kasus kemiskinan yang terjadi, anak-anak yang harus putus sekolah lalu dipaksa bekerja dengan seadanya,  dikarenakan tidak adanya  biaya unuk melanjutkan pendidikannya,  itu semua  ditunjang  karena mahalnya pendidikan di negara ini,  banyaknya kasus-kasus orang sakit yang harus meregang nyawa secara mengenaskan karena tidak adanya   biaya berobat kerumah sakit, banyaknya kasus-kasus pencurian yang terjadi, karena tidak ada jalan lain untuk mereka, keterpaksaan dan kebutuhan untuk melanjutkan hidup memaksa mereka untuk mecuri. Banyaknya kasus-kasus para gadis yang harus menjual diri dan kehormatan mereka di karenakan kebutuhan hidup yang mendesak mereka, faktor kemiskinan adalah salah satu faktor utama yang membuat tidak adanya nila-nila yang terkandung di dalam sila-5, dan rasa keadilan seakan  menghilang dari negara ini.
Hampir setiap  hari kita melihat mobil mewah dengan keluaran seri  terbaru hilir bolak-balik di jalan-jalan besar di negara ini, itu pun di barengi  dengan banyaknya  para manusia dengan  penampilan kumuh, lusuh dan kotor menadahkan tangan berharap mereka di kasihani, untuk mendapatkan sedikit uang  hanya untuk sekedar mencukupi kebutuhan perut mereka di hari itu, kita juga melihat banyaknya anak-anak  yang harusnya mereka pergi ke sekolah mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak, akan tetapi mereka harus di jalan-jalan membantu perekonomian keluarga mereka, kita melihat megahnya pembangunan mall dan apartemen mewah dengan biaya yang fantastis, akan tetapi kita pun melihat banyaknya tempat tinggal kumuh yang sangat tidak layak, berada di pinggir-pinggir rel, di kolong-kolong jembatan, dan di bantaran kali yang sangat kotor, kita pun melihat dengan orang-orang yang berlomba-lomba memberi barang-barang dengan keluaran terbaru dengan harga yang sangat mahal di mall-mall, penting tidak penting mereka akan tetap membeli hanya untuk  sekedar memiliki dan membanggakan diri  terhadap kerabat mereka, di satu sisi kita pun melihat banyaknya orang-orang yang harus menahan lapar karena sudah seharian mereka tidak makan.
Kesenjangan sosial adalah salah satu akar penghambat di dalam terciptanya keadilan  didalam sila ke 5 itu sendiri  bagi negara ini,  jauhnya jenjang jarak antara si kaya dan si miskin, ini membuat kecemburuan sosial antara si miskin kepada si kaya dan dapat selalu menciptakan setiap konflik yang terjadi,  dan membuat rasa keadilan di negara ini seolah menghilang dan lenyap, hal ini ada karena sistem pemerintahan kita tak pernah berjalan dengan baik untuk menangani kesenjangan sosial ini, aturan pajak pemerintahan yang tidak berjalan, setiap rakyat di negara ini diharuskan membayar pajak, melalui tagihan listrik atau tanah atau  usaha kita,  kita di haruskan untuk membayar kepada pemerintah, dan setiap pendapatan  yang lebih tinggi  tentunya pajaknya akan semakin tinggi,  jika berjalan dengan baik, ini seharusnya bisa mengurangi angka kemisikinan dan kesenjangan yang terjadi di negara ini, karena setiap apa yang rakyat berikan  kepada pemerintah, harusnya  kembali kepada rakyat itu sendiri, dan  pembayaran pajak yang tinggi kepada orang-orang kaya di negara ini,  harusnya ini berdampak dengan secara tidak langsung kekayaan mereka bisa menetes kepada si miskin karena pemberlakuan pajak yang tinggi kepada si kaya, akan tetapi kenyataan api yang jauh dari panggang, di karenakan tak pernah bisa merasaknya tetesan kekayaan  dari si kaya kepada si miskin, itu semua karena pemerintahan kita yang korup, yang seharusnya pajak tinggi dari si kaya di distribusikan kepada si miskin, mereka malah memakannya  sendiri,  banyaknya kasus-kasus korupsi di negara ini, membuat si miskin tetap hidup dalam keadaan miskin, dan yang kaya tetap kaya malah bertambah kaya, tanpa adanya keseimbangan dan keadilan di dalamnya.
Kapitalisme akut, adalah sistem yang sangat dapat menghambat terciptanya rasa keadilan sosial di dalam negara ini, sistem ini ada dan berjalan di negara ini,  melalui pasar bebas dan kekuatan uang, mereka mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan mereka sendiri dan tanpa peduli terhadap hak-hak orang lain,  kapitalisme membentuk manusia-manusia yang rakus, manusia-manusia hedonisme, kita banyak sekali melihat  manusia-manusia yang tanpa pendidikan dan kreatifitas yang sangat minim, di pekerjaan di dalam tempat-tempat, yang mereka harus di tuntut bekerja sangat keras,   dengan pembayaran minim, dan tidak  sesuai dengan apa yang mereka kerjakan, didalamnya pun tidak ada jaminan kesehatan, mereka bekerja dan di bodohi  hanya untuk memperkaya para orang-oarang rakus, tanpa menyadari posisi dirinya sendiri, di karenakan pengetahuan dan rendahnya pendidikan yang mereka terima dan kretifitas yang sangat minim,  ini adalah awal dari perbudakan modern di abad ke 21, dan ini ada dalam sistem kapitalisme. Kapitalisme membentuk manusia-manusia kaya yang egois, dan si miskin tetap hidup miskin.  Mau sampai kapan semua  ini terjadi?

Belajarlah dari Padi

Belajarlah dari Padi



 Karakter manusia terbentuk melalui kehendak dan pengalaman yang telah dialami. Karakter yang terbentuk akan menuntun manusia dalam bersikap terhadap suatu kondisi di hidupnya. Semakin tinggi pengetahuan, kekayaan ataupun faktor x lainnya, terkadang membuat seseorang menjadi angkuh ataupun merasa memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari yang lainnya. Terbersit mengenai filosofi padi yaitu tanaman padi biasanya semakin berisi akan semakin merunduk. Mengapa manusia sulit melakukan hal tersebut? Hal ini terjadi karena faktor ego yang menguasai pemikiran individu tersebut.
Seperti padi yang semakin berisi maka semakin merunduk, manusiapun seharusnya seperti itu. Ketika seseorang memiliki faktor x yang lebih jika dibandingkan dengan yang lainnya, maka seharusnya orang tersebut tetap rendah hati dan mengayomi orang disekelilingnya. Karena jika kita merasa ‘lebih’ jika dibandingkan dengan yang lain, sesungguhnya banyak orang yang memiliki kelebihan yang lebih tinggi daripada kita.
Seperti pribahasa yang mengatakan “di atas langit masih ada langit”. Karakter yang baik akan menjauhkan kita dari sifat  sombong, tinggi hati dan lain-lain. Pendidikan karakter sangat diperlukan untuk membatasi ego menguasai diri seseorang. Tidak ada manusia yang dapat melihat perubahan warna padi dari hijau menjadi kuning. Oleh karena itu,sesungguhnya tidak ada yang pantas kita sombongkan karena tidak ada manusia yang sempurna dalam menjalankan kehidupannya dan memiliki keterbatasan tertentu dalam mengetahui hal-hal yang belum diketahui sampai saat ini. Semakin kita banyak mengetahui sesuatu,maka semakin banyak pula hal yang tidak kita ketahui.

Memimpin Ibarat Menanam Pohon

Memimpin Ibarat Menanam Pohon

Kepemimpinan adalah sifat yang universal karena sesungguhnya kepemimpinan itu melekat pada pribadi setiap orang. Ada orang yang sanggup mengekstrak kepemimpinan dari dalam dirinya dan mengamalkannya dengan maksimal sehingga mampu menjadi pemimpin yang baik di tengah komunitasnya. Kalaupun kebetulan dia tidak didaulat menjadi pemimpin, dia akan mampu memainkan perannya apapun itu dengan baik, sehingga mendatangkan manfaat bagi komunitasnya.
Ada juga orang yang tidak sepenuhnya mampu mengaplikasikan kepemimpinan dari dalam dirinya, sehingga selalu orang yang melambatkan laju organisasi, jadi biang masalah, bahkan untuk memimpin dirinya sendiripun dia tidak sanggup.
Untuk memudahkan melihat secara komprehensif proses kepemimpinan, kita bisa mengibaratkan kepemimpinan itu dengan memelihara sebuah pohon. Beberapa pakar manajemen menamakan pohon itu dengan pohon kehormatan.
Sebuah pohon memiliki akar yang berfungsi sebagai dapur sumber makanan dan nutrisi bagi seluruh bagian pohon. Kemudian ada batang, dahan, ranting dan daun pohon yang kasat mata dan membuat orang yang melihatnya mampu mengenali pohon tersebut. Terakhir, pohon tersebut menghasilkan buah yang bermanfaat.
Bagi seorang pemimpin yang sedang memelihara pohon kehormatan, akar pohon tersebut adalah mental dan keterampilan intrapersonal yang dikembangkan terus menerus. Pondasi kepribadian ini termasuk karakter, keimanan, akhlak, integritas, hati serta budi pekerti yang lurus. Hal-hal seperti ini tidak mudah terlihat dari kepribadian seseorang namun sangat menentukan bagaimana orang itu mengembangkan kepemimpinannya.
Akar yang memberikan supply nutrisi yang baik bagi pohon kehormatan, akan membuat batang, dahan ranting dan daun menjadi kokoh, rimbun dan segar. Dalam kepemimpinan, pondasi kepribadian yang baik akan terlihat hasilnya dari produktivitas orang tersebut. Produktivitas ini mencakup kinerja yang unggul, prestasi yang layak diacungi dua jempol, inovasi yang unggul dan pelayanan yang prima.
Akhirnya buah-buah dari pohon kehormatan pun akan nampak ke permukaan. Untuk kepemimpinan, buah atau manfaat dari proses kepemimpinan itu misalnya: Reputasi tinggi, jabatan puncak, nama besar, termasuk di dalamnya salary yang pantas.
Sejarah pun tidak mampu menutup tabir pemimpin-pemimpin fenomenal yang memberi warna bagi kemanusiaan. Tidak mesti dari bidang sosial atau politik, setiap bidang kehidupan selalu melahirkan pemimpin-pemimpin yang menginspirasi. Beberapa nama ini pasti membekas di benak anda. Abraham Washington, Soekarno, Albert Einstein, Mozzart, sampai pemimpin yang menaklukkan dunia dengan kasih seperti Mother Theresa pun bisa menjadi teladan. Semua pemimpin-pemimpin besar memiliki kesamaan yaitu membangun pohon kehormatannya dengan baik.
Jadi apapun jabatan dan profesi kita saat ini, kita semua adalah seorang pemimpin. Paling tidak kita memimpin diri sendiri dan memimpin keluarga. Jika kita dipercaya memimpin sebuah tim, sebuah divisi atau komunitas yang lebih luas, itu adalah tambahan talenta dari Tuhan untuk kita kembangkan. Sampai saatnya nanti Tuhan menagih kembali. Untuk menjadi pemimpin yang baik, kita bisa mulai dengan membenahi akar pohon kehormatan kita.

Kebenaran dari Pikiran yang Salah

Kebenaran dari Pikiran yang Salah

Perbuatan baik itu tidak perlu dilihat siapa pelakunya, yang terpenting apa yang telah dilakukan memberikan manfaat, kadang menjadi subjektif ketika tahu pelakunya, meski pun perbuatannya baik, tapi tidak suka sama pelakunya, maka tetap saja perbuatan baiknya dianggap tidak baik.
Menghargai perbuatan baik sangatlah dibutuhkan kearifan dan jiwa besar, karena penjahat sekali pun masih memiliki sisi baik dan bisa saja berbuat kebaikan, apalagi orang-orang yang memiliki jejak rekam baik. Sekarang, terlalu banyak isu negatif yang bertebaran di sosial media, sehingga seakan-akan tidak ada lagi perbuatan baik di muka bumi ini, yang anehnya lagi perbuatan yang tidak baik oleh sekelompok massa malah dibela, hanya atas dasar kesamaan.
Sebaliknya orang-orang yang malah ingin berbuat kebaikan untuk kepentingan orang banyak dihujat dan dicela, semua hanya dikarenakan melihat siapa orangnya, bukan apa niat dan perbuatan baik yang akan dia lakukan. Rasa kebencian lebih mengemuka dibandingkan kesukaaan, padahal kebaikan itu bisa dilakukan oleh siapa saja, bukanlah karena suku, agama dan ras.
Perbuatan baik itu menjadi subjektif, ketika kita lebih melihat siapa yang melakukannya, seharusnya kalaupun kita tidak suka terhadap orangnya, bukan berarti kita pun harus mengabaikan kebaikan yang dilakukannya, apalagi jika niat dan perbuatan baiknya tersebut untuk kepentingan orang banyak. Sangat bijak kalau melihat yang demikian itu kita mempertanyakan pada diri kita sendiri, apakah kita mampu melakukan hal yang sama, seperti yang dilakukannya.
Lihatlah perang hujatan di sosial media saat ini sudah sangat memprihatinkan, sudah tidak mengenal batas dan norma agama. Semua hanya dikarena keberpihakan dan rasa simpati kepada tokoh dan kelompok yang didukung, sehingga yang dibela pun seperti sudah diyakini sebagai mewakili kebenaran yang sesungguhnya, dan pihak lawan meski pun melakukan kebenaran dan perbuatan baik, tetap saja dianggap melakukan kesalahan.
Apa susahnya menganggap perbuatan baik sebagai sebuah kebaikan, bukankah hal tersebut berdampak baik bagi diri kita sendiri, sehingga kita mampu mengelola mana pikiran yang negatif dan mana pikiran yang positif, dan kebaikan lain yang bisa didapat, setiap hari, setiap waktu, pikiran kita tidak melulu diisi dengan pikiran negatif. Kalau kepala dan pikiran hanya diisi dengan hal-hal yang negatif, lambat laun akan mengidap penyakit hati yang akut, kalau sudah begitu akan sulit untuk disembuhkan.
Mengapresiasi hasil perbuatan baik orang lain itu adalah kerendahan hati, dan itu tandanya kita memiliki hati yang sehat, kalau hati sehat maka pikiran-pikiran bijak pun senantiasa akan mengisi ruang kepala. Sebaliknya sikap yang senantiasa mencela, hanya akan mengotori rongga kepala.

Belajar Dari Filosofi Semut

Belajar Dari Filosofi Semut

"Belajar dari alam binatang, membuat kita takjub akan Ciptaan Tuhan."
 Ada seorang profesor dari Inggris melakukan penelitian tentang kebiasaan seekor semut. Hari pertama, dia meletakkan segenggam nasi yang jaraknya tak terlampau jauh dari sebuah sarang semut. Setelah menunggu tak lebih dari lima menit secara tidak diduga datang serombongan semut mendekati nasi tersebut. Dan kemudian mereka mengangkat sebutir nasi secara satu persatu sampai nasi itu habis. Melihat peristiwa tersebut Profesor tersebut berdecak kagum dan sambil menuliskan hasil pengamatannya tadi.
Hari kedua, profesor tersebut melakukan suatu percobaan yang cukup unik. Dia mencari sebuah sarang semut yang cukup besar. Setelah ditemukannya sarang semut tersebut, profesor tersebut langsung menghancurkan sarang semut tersebut. Karena merasa sarangnya diganggu. Maka semut pun berhamburan keluar dan naik ke atas sepatu dan celana profesor tersebut. Dan mulai melakukan pembalasan. Mereka menggingitnya dengan semangat. Tidak hanya satu tapi ratusan semutpun ikut membantu. Mereka tak peduli pada bahaya yang mengancam. Bisa jadi badan mereka hancur dan remuk oleh tangan dan sepatu sang profesor.
Lewat pengamatannya selama dua hari tersebut sang profesor menemukan banyak karakter positif dari semut. Dan hebatnya karakter semut yang seakan sudah menjadi filosofi hidup para semut, dapat dijadikan pedoman untuk bekerja. Memang filosofi itu sangat sederhana, namun jika kita dapat menerapkannya, kita akan menjadi pekerja handal yang luar biasa.
filosofi semut sebagai berikut:
·         Semut selalu bekerjasama
Coba kita perhatikan cara kerja semut, mulai dari mengangkat sebutir nasi sampai memakannya. Mereka selalu bekerja sama. Sebutir nasi yang cukup berat bagi semut, diangkat beramai-ramai ke tempat mereka. Begitu seterusnya hingga butiran nasi yang mereka angkut mencukupi kebutuhan makan mereka. Kemudian mereka akan menyantapnya pula bersama-sama. Kerjasama dan kekompakan para semut bisa Anda jadikan teladan. Misalnya, saat rekan kerja Anda kesulitan, apa salahnya kita membantu. Toh hasilnya bukan untuk kepentingan pribadi namun demi kepentingan kelompok atau bersama.
·         Semut saling peduli
Kebiasaan semut yang saling bersentuhan (mungkin dalam bangsa manusia, menegur atau bersalaman) jika bertemu, menandakan bahwa bangsa semut memiliki kepedulian dan keakraban yang tinggi. Mereka merasa bahwa tidak ada yang berbeda di antara mereka.Dalam dunia kerja, sentuhan yang berarti 'care' memberi arti tersendiri bagi karyawan. Bayangkan, apa jadinya jika di lingkungan kerja Anda, sudah tidak saling peduli? Sangat menyiksa bukan..?  So, sikap ini dapat ditumbuhkan untuk menjaga kekompakan dan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif.
·         Semut tidak pernah menyerah.  
Bila kita menghalang-halangi dan berusaha menghentikan langkah para semut, mereka selalu akan mencari jalan lain. Mereka akan memanjat ke atas, menerobos ke bawah atau mengelilinginya. Mereka terus mencari jalan keluar. Suatu filosofi yang bagus, bukan? Jangan sekali-kali menyerah untuk menemukan jalan menuju tujuan kita sendiri.
·         Semut menganggap semua musim panas sebagai musim dingin.
Ini adalah cara pandang yang penting. Kita tidak boleh menjadi begitu naif dengan menganggap musim panas akan berlangsung sepanjang waktu. Semut- semut mengumpulkan makanan musim dingin mereka di pertengahan musim panas. Karena sangat penting bagi kita untuk bersikap realitis. Di musim panas kita harus memikirkan tentang halilintar. Kita seharusnya memikirkan badai sewaktu kita menikmati pasir dan sinar matahari. Berpikirlah ke depan, seperti halnya 'sedia payung sebelum hujan'.
·         Semut menganggap semua musim dingin sebagai musim panas.
Ini juga penting. Selama musim dingin, semut mengingatkan dirinya sendiri, "Musim dingin takkan berlangsung selamanya. Segera kita akan melalui masa sulit ini." Maka ketika hari pertama musim semi tiba, semut-semut keluar dari sarangnya. Dan bila cuaca kembali dingin, mereka masuk lagi ke dalam liangnya. Lalu, ketika hari pertama musim panas tiba, mereka segera keluar dari sarangnya. Mereka tak dapat menunggu untuk keluar dari sarang mereka.
Dengan bahasa lain, filosofi semut dapat kita teladani di lingkungan kerja kita. Dengan menjaga kerjasama, kekompokkan, saling peduli, kerja keras,pantang menyerah, dan optimis memandang masa depan. Bagaimana? Tentu saja karena kita lebih hebat dari bangsa semut, kita bisa mencapai sukses yang luar biasa, jika kita berusaha!

Radikalisme

Radikalisme

Radikalisme berarti paham atau aliran yang mengingikan perubahan atau pembaharuan social dan politikdengan cara kekerasan atau drastis. Radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Radikalisme cenderung merubah dengan menggunakan kekerasan. Radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka. Sementara Islam merupakan agama kedamaian yang mengajarkan sikap berdamai dan mencari perdamaian. Islam tidak pernah membenarkan praktek penggunaan kekerasan dalam menyebarkan agama, paham keagamaan serta paham politik.
Radikalisme Islam sebagai fenomena historis-sosiologis merupakan masalah yang banyak dibicarakan dalam wacana politik dan peradaban global akibat kekuatan media yang memiliki potensi besar dalam menciptakan persepsi masyarakat dunia. . Bahkan di negara-negara Barat pasca hancurnya ideology komunisme (pasca perang dingin) memandang Islam sebagai sebuah gerakan dari peradaban yang menakutkan. Tidak ada gejolak politik yang lebih ditakuti melebihi bangkitnya gerakan Islam yang diberinya label sebagai radikalisme Islam. Tuduhan-tuduhan dan propaganda Barat atas Islam sebagai agama yang menopang gerakan radikalisme telah menjadi retorika internasional.
Radikalisme muncul karena ketidakadilan yang terjadi di dalam masyarakat. Kondisi tersebut bisa saja disebabkan oleh negara maupun kelompok lain yang berbeda paham, juga keyakinan. Pihak yang merasa diperlakukan secara tidak adil, lalu melakukan perlawanan. Radikalisme tak jarang menjadi pilihan bagi sebagian kalangan umat Islam untuk merespons sebuah keadaan. Bagi mereka, radikalisme merupakan sebuah pilihan untuk menyelesaikan masalah. Namun sebagian kalangan lainnya, menentang radikalisme dalam bentuk apapun. Sebab mereka meyakini radikalisme justru tak menyelesaikan apapun. Bahkan akan melahirkan masalah lain yang memiliki dampak berkepanjangan. Lebih jauh lagi, radikalisme justru akan menjadikan citra Islam sebagai agama yang tidak toleran dan sarat kekerasan.
Faktor-faktor penyebab munculnya gerakan radkalisme yaitu faktor-faktor sosial-politik, faktor emosi keagamaan, faktor kultural, faktor ideologis anti westernisme, faktor kebijakan pemerintah.

Filosofi Angka 20

Filosofi Angka 20

Falsafah Kuno dimulai dari ajaran kehidupan jaman dahulu, konon budaya kuno yang menganut tatacara orang kuno yaitu dikenal dengan orang-orang sebutan orang "Kawi", Bahasa kuno, khususnya yang berkembang pada abad kerajaan sebelum islam kebanyakan berasal dari Pulau Jawa, baik Jawa Timur, maupun Jawa tengah, bahkan dari jawa Barat yang berasal dari Ki Sunda Buhun, meka itu menggunakan Bahasa Kuno yaitu Bahasa Kawi, yang dimulai dari pengenalan kata-kata dasar dengan bentukan asal kata  yaitu kata dasar dari ;"Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Pa, Da, Ja, Ya, Nya, Mang, Ga, Ba, Tang, nga.
Konon dari cerita orang tua jaman dahulu, penulis mendengar cerita cerita sebelum tidur, sebuah proses pendidikan yang dilakukan oleh para pendahulu di jaman dahulu kala, sebuah proses pendidikan yang disadari atau tidak oleh para pelaku pada saat itu, disengaja atau tidak, waallahu alam bilsawab, karena pada kenyataannya mereka itu telah melakukan sesuatu tindakan berupa penyadaran karakter dari orang yang lebih tua, diberikan kepada orang yang lebih muda, (anak-anak), sebuah proses karakterisasi yang dilakukan oleh orang-orang yang lebuh dewasa (tua) tindakan tersebut dilakukan terhadap orang-orang yang belum dewasa, tindakan dari seseorang yang lebih tahu, terhadap orang-orang yang belum tahu.
Bukankah itu merupakan sebuah proses pembelajaran, proses pendidikan, baik disengaja maupun tidak pada kenyataannya adalah tindakan tersebut berproses antara yang lebih tua terhadap orang yang masih muda, dari orang-orang yang dianggap telah mengetahui terhadap orang-orang yang belum mengetahui, termasuk memberikan kepada anak-anak yang dianggap belum tahu, oleh seseorang yang lebih tahu, itu adalah proses pendidikan bukan...?
Kembali kepada kata dasar yang menuju pada fngsi kata dasar "Hana Caraka, Data Syawala, Pada Jayanya, Mangga Batanga". Dalam proses pemberitahuan, dalam proses sebuah cerita, yang diceritakan oleh para orang tua kepada anaknya iyalah, "Hana Caraka"  diceritakan disana adalah terdapatlah  sekelompok Prajurit, tentara, petugas dari kerajaan, atau pemerintahan penguasa dalam sebuah kehidupan.
Data Syawala, kabarnya mereka dari kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, sama-sama dalam mengemban tugas (tugas pemerintahan, atau tugas dalam hidupnya, setidaknya mereka adalah dianggap pembawa misi kehidupan dizaman itu, mereka bertugas (membawa tugas) tentu dari yang lebih tinggi, dan maha tinggi.
Pada Jayanya, adalah mereka itu sama-sama Sakti mandraguna, ditafsirkan mereka - mereka orang kebanyakan yang mampu menyampaikan misi dan visinya adalah hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang "Digjaya" mereka itu yang sama-sama Digjaya, maka Pada Jaya nya, semua mempunyai kejayaan, kemampuan, dan mempunyai kebisaan yang dapat diturunkan kepada orang-orang yang belum jaya, belum bisa, belum tahu.
Mangga Batang nga, mereka dalam pengertian Nga, semuanya itu bakal mati (menjadi Batang/bangkai), yang tidak ada perkecualian bagi siapa saja. Pasti akan mati. Pasti akan menjadi batang/bangkai.
Dalam pengertian secara keseluruhan "Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sya, Wa, La, Pa, Da, Ja, Ya, Nya, Mang, Ngga, Ba, Tang, Nga. dalam cerita yang menjadi satu selain, "Hana Caraka Data Syawala, Pada Jayanya, Mangga Batanga nga" mengandung filosofi yang lain, bahwa " Semua Orang harus berperan membawa pesan, memberitahukan, tentang apa saja  (Data) Syawala. Karena mereka nantinya merasa lebih tahu, mereka masing-masing "Pada Jaya nya" masing-masing memiliki kemampuan, kesaktian, Kejayaaan, Kadigjayaan, eksistensi, dalam berebut kekuasaaan,  peperangan dan pertempuran akan terjadi kematian bagi semua, " Mangga Batang nga" mereka tidak ada yang mengalah, semua merugi dan mati, barulah kelak tiada cerita lagi. Tiada orang lagi, tiada yang hidup lagi karena semua menjadi batang.
Dalam paham pengertian berikutnya berkembang orang-orang bijak dan seolah-olah, dan seakan-akan mengetahui apa yang akan terjadi, karena dalam proses berikutnya terjadi perbutan kekuasaan dalam kehidupan seperti dikisahkan dalam misalnya " Ramalan Joyoboyo, kisah peperangan Brata Yudha, dll.
Kita kembali kepada  filosofi, kata Dasar (sesungguhnya ada juga huruf-huruf kawi  yang menunjuk kepada ) kata "Ha na ca ra ka     Da ta sya wa la   Pa da ja ya nya   Mang ga   Ba ta nga"  seluruhnya berjumlah  20 angka, dalam tarikh filosofis kuno bahasa kawi, jumlah  20, dapat ditarik dalam rumpun yang berjumlah  8 + 12,  ( 20 terdiri dari bagian 8, dan 12),  artinya adalah angka 8 menunjuk kepada sebuah atau satu (1) Windu, yang terdiri dari 8 tahun, sedangkan angka 12, menunjuk pada 1 tahun yang tediri dari  12 bulan.
Belum selesai sampai di situ,  Filsafat hidup orang jaman dahulu masih menghitung pada angka 12, yang apabila di turunkan dari angka 12 adalah menunjuk pada angka  7, dan angka  5 ( 7+5 = 12) secara filosofis ingin disampaikan bahwa selain secara filosofis telah ditunjukkan pada 1 windu yang terdiri dari 8 Tahun, dan dalam 1 tahun terdiri dari 12 bulan,  juga menunjuk pada angka 7, yang menunjukkan bahwa dalam 1 minggu, terdiri dari 7 hari (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, dan Sabtu, serta minggu,  Sedangkan Angka  5, menunjuk pada filosofi kehidupan orang kuno, orang kawi, yang dalam filosofi jawa kuno, atau sunda kuno, hingga kini sbagian masih menggunakan penanggalan dalam 5 karakter sebuah hari yaitu, penanggalan hari yang dikenal dengan sebutan "Naktu" yaitu Manis, Pahing, Pon, Wage, dan Klowon.
Patokan 1 Windu terdiri dari 8 tahun, 1 Tahun terdiri dari 12 bulan, 1 minggu terdiri dari 7 hari, dan sebuah Naktu terdiri dari angka 5, yaitu "Manis, Pahing, Pon, Wage dan Kliwon, dan dalam 1 bulan juga terdiri dari  4 Naktu. Hingga saat ini sebagian orang masih menggunakan patokan ini untuk menghitung sesuatu kejadian, baik kejadian yang sudah terjadi, maupun kejadian yang diharapkan akan terjadi, berupa ramalan.

Percaya atau tidak, silakan anda melihat sendiri, dalam peradaban suda, peradaban Jawa, masih berkiblat kepada peradaban yang mengandung filosofi Hanacaraka Datasyawala, Padajayanya, Mangga Batanga. Kecuali memang anak-anak muda jaman sekarang sudah tidak mengikuti filsafat dan peradaban Kuno ini, memang tidak mau, tidak bisa mengikuti, hal ini juga sudah diramalkan oleh orang tua jaman dahulu yang menganut filosofi kuno, bahwa wong jowo kari separo, wong cino nambah sajodo.

Hubungan Otak dan Hati

Hubungan Otak dan Hati

Allah menciptakan sesuatu selalu berpasangan-pasangan, umpamanya otak itu langit, maka hati itu adalah bumi. Permisalannya di langiit ada petir berbentuk listrik, sedangkan bumi ada medan magnet. Penetral listrik yang baik adalah bumi. Itulah sebabnya manusia belajar dari alam, hakikatnya semakin tinggi ilmu seseorang maka seharusnya hatinya pun semakin cerdas, hal itu menyeimbangkan  otak yang semakin cemerlang dan ilmu yang semakin melimpah. Bila berilmu tinggi, namun tidak disertai kecerdasan hati maka timbullah penyakit otak. 
Medan listrik dan medan magnet saling berinteraksi, maka jarum magnet pada kompas ternyata bergerak karena arus listrik. Maknanya, arus listrik otak dapat pula memberikan efek getaran pada hati. Posisi yang selaras antara otak dan hati dapat kita jumpai saat seorang hamba bersujud sewaktu solat.  Jika diurai hikmah dalam salat, secara bertrut-turut dari dahi, hidung, mulut serta hati bersujud kepada-Nya. Otak yang selalu dibanggakan oleh manusia dan merasa terhebat disbanding makhluk ciptaan Allah yang acap kali membuat sombong, dengan salat dahi itu tersungkur diatas tanah tak berdaya.
 Esensi nya sehebat apapun manusia jika dibandingkan dengan Allah SWT maka manusia hanya lah kecil dan tak ada apa-apanya. Lalu mengapa manusia masih juga sombong? Telah banyak bukti yang Allah telah tunjukan atas orang-orang yang sombong, hal tersebut ditujukan untuk menjadi bahan pelajaran bagi mereka.seperti Fir’aun yang sombong dan melampau batas, bahkan mengaku dirinya sebagai Tuhan. Kemudian Allah mengutus Nabi Musa untuk memperingatkan Fira’un, namun naas, raja yang kufur itu justru insaf setelah ajal berada di ujung leher dan hal itu sudah terlambat. Begitu juga Raja Namrud, ia juga mengaku sebagai Tuhan, maka Nabi Ibrahim diutus Allah untuk memberi peringatan kepada Namrud. Dengan kesombongannya itu, Namrud menolak mentah-mentah risalah yang benar guna beriman kepada Allah. Lain dengan kisah Qorun, dia sangat kaya raya, namun karena kekayaannya itulah muncul kesombongan. Akhirnya Allah pun menurunkan adzab kepada Qorun, dengan membenamkan harta dan dirinya ke dalam tanah.Begitulahkisah –kisah orang sombong yang mendapatsiksaandanadzabdari Allah
Saat mulut berdzikir, hati pun ikut bertasbih kepada-Nya. Hati berfungsi mendetoksifikasi kesombongan yang dilakukan oleh otak, hati menetralkan penyakit otak. Saat sedang bersujud, posisi hati berada di atas otak. Hikmah dari hal tersebut ialah pertama, sesuai dengan hadist Nabi saw bahwa tempat Allah di bumi adalah hati, hal ini berarti Allah Maha Tinggi, dibanding otak manusia. Kedua, bahwa yang dinilai di sisi Allah ialah hati. Hati merupakan cerminan dari perbuatan atau amal saleh, bukanlah ilmu yang cemerlang atau kekuasaan yang tinggi. Ketiga, saat bersujud disitulah sedekat-dekatnya Allah dengan hamba-Nya.
Sumber:
Sukri, Suwardi M. (2015). Rahasia Dibalik Penciptaan Organ Tubuh Manusia. Jakarta: Zahira.

Tiga Kebenaran Filsafat

Tiga Kebenaran Filsafat

Telaah dalam filsafat ilmu, membawa orang kepada kebenaran dibagi dalam tiga jenis. Menurut A.M.W. Pranarka (1987) tiga jenis kebenaran itu adalah:
1.      Kebenaran Epistemologikal
Kebenaran epistemologikal adalah pengertian kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia. Kadang-kadang disebut dengan istilah veritas cognitionis atau veritas logica.
2.      Kebenaran Ontologikal
Kebenaran ontologikal adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada ataupun diadakan. Apabila dihubungkan dengan kebenaran epistemologikal kadang-kadang disebut juga kebenaran sebagai sifat dasar yang di dalam objek pengetahuan itu sendiri.
3.      Kebenaran Semantikal 
Kebenaran semantikal adalah kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran semantikal disebut juga kebenaran moral (veritas moralis) karena apakah tutur kata dan bahasa itu mengkhianati atau tidak terhadap kebenaran epistemologikal atau pun kebenaran ontologikal tergantung kepada manusianya yang mempunyai kemerdekaan untuk menggunakan tutur kata atau pun bahasa itu.
Apabila kebenaran epitemologikal terletak di dalam adanya kemanunggalan yang sesuai serasi terpadu antara apa yang dinyatakan oleh proses cognitifintelektual manusia dengan apa yang sesungguhnya ada di dalam objek (yang disebut esse reale rei), apakah itu konkret atau abstrak, maka implikasinya adalah bahwa di dalam esse reale rei tersebut memang terkandung suatu sifat intelligibilitas (dapat diketahui kebenarannya).
Hal adanya intelligibilitas sebagai kodrat yang melekat di dalam objek, di dalam benda, barang, makhluk dan sebagainya; sebagai objek potensial maupun riil dari pengetauan cognitif intelektual manusia itulah yang disebut kebenaran ontological, ialah sifat benar yang melekat di dalam objek.

Kematian Berdampak Masalah

Kematian Berdampak Masalah

Jika seseorang yang kita sayangi seperti orang tua, kakak, adik dan anggota keluarga lainnya meninggal (mengalami kematian), otomatis kita merasa kehilangan, dan merasakan kesedihan dan juga merasakan ketakutan. Kematian memang suatu hal yang tidak bisa ditebak. Ia datang secara tiba-tiba merusak harmoni di dalam keluarga dan di dalam hubungan antar manusia, Inilah alasan, mengapa kematian menjadi suatu “masalah”.
Tidak ada dunia setelah kematian. Yang ada adalah kekosongan, karena energi berpindah menjadi sesuatu yang lain. kita tak mungkin bisa memastikan, apa yang terjadi setelah kematian. Karena itulah kematian menciptakan rasa takut. Namun, jika diteliti lebih dalam, seperti dinyatakan oleh Budi Hardiman, yang menakutkan bukanlah kematian, melainkan mati, yaitu proses menuju kematian. seseorang pada dasarnya, tidak takut akan kematian. Namun, semua orang bahkan para penganut agama yang merindukan surga, tidak mau menjalani proses menuju kematian. Proses tersebut memang kerap kali tragis, seperti kecelakaan berdarah, penyakit yang menyiksa dan sebagainya.
Bagi keluarga yang ditinggalkan, kematian meninggalkan luka dalam di hati. Luka yang timbul dari kematian menimbulkan suatu kesedihan pada keluarga atau saudara yang ditinggalkan. Pada beberapa peristiwa yang ekstrem, kematian satu orang bisa mendorong kematian orang lainnya, persis karena kehilangan atau rasa tidak terima yang dirasakannya.
Salah satu pertanyaan penting dalam hidup manusia adalah, apa yang terjadi setelah kematian? Ini pertanyaan yang amat penting. Di berbagai peradaban dunia, kita bisa dengan mudah menemukan adanya konsep tentang hidup sesudah mati. Setelah kematian, orang akan memasuki alam berikutnya. Di sana, jika ia menjalani hidup yang baik, ia akan mendapatkan kebahagiaan. Jika hidupnya jahat, maka ia harus menjalani hukuman. Inilah pola yang cukup universal, yang dapat ditemukan di berbagai cerita mitologis di hampir semua peradaban dunia. Pandangan ini kemudian dilanjutkan oleh agama-agama dunia dengan konsep surga dan neraka. Orang baik akan masuk surga, dan menemukan kebahagiaan abadi disana. Sementara, orang jahat akan masuk neraka, serta mengalami hukuman berat disana.
Argumen yang dianggap masuk akal mengenai hidup dan mati adalah, bahwa kehidupan itu adalah energi, dan energi itu abadi. Ia hanya berpidah tempat. Maka, setelah orang mati, energinya akan kembali ke alam, dan menjadi sesuatu yang lain. Semua pandangan mengenai kehidupan setelah kematian hanya bisa berperan sebagai kemungkinan, namun bukan kebenaran.
Apakah kematian menjadi suatu masalah atau tidak? menurut penulis bergantung pada masing-masing orang dalam memahaminya. Penulis sendiri memahami Kematian sebagai suatu kejadian yang dapat kita ambil hikmahnya yaitu sifat ikhlas, sabar dan sebagainya. Selain itu Penulis juga memahami Kematian sebagai suatu proses perubahan, baik perubahan keadaan, maupun perubahan jiwa manusia itu sendiri, dimana dengan perubahan tersebut kita dapat mengetahui bagaimana cara kita menjalani hidup setelah kita ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi.

Filsafat : Hati dan Akal

Filsafat : Hati dan Akal
Untuk mengerti konsep akal dan hati dibutuhkan perenungan yang dalam, karena hal ini berkaitan dengan filsafat yang merupakan suatu bidang pengetahuan yang ingin mengetahui segala sesuatu secara mendalam sehingga tercapai kebenaran yang sebenar-benarnya.pengertian filsafat ini banyak berbeda-beda karena hati dan fikiranpun setiap manusia berbeda-beda,setiap orang berhak mendefinisikan kata filsafat itu sendiri karena hati dan fikiranpun yang mengetahui adalah diri sendiri,karena definisi filsafat itu datang dari hati dan fikiran diri sendiri mengenai kebenaran. karena konsep kebenaran menurut manusia berbeda-beda maka manusiapun mempunyai sifat yang berbeda-beda. itulah mengapa didunia ada ini ada manusia jahat dan baik. untuk mencapai kebenaran yang hakiki maka dibutuhkanlah agama yang melurusi segala akal dan hati,karena manusia tidak akan pernah sanggup menggunakan fikirannya untuk membuat suatu kebenaran diatas kebenaran tuhan.  segala kehendak,kemauan,keingintahuan berasal dari hati yang dapat kita fikirkan lagi dengan akal/otak tentang baik/buruknya kehendak/kemauan yang ada dalam hati,dikarenakan manusia diberikan akal oleh Tuhan YME oleh karena itu manusia dapat menentukan baik/buruk yang merupakan suatu kesempurnaan makhluk ciptaan Tuhan,kadang manusia menggunakan akalnya tidak didasari oleh hati yang baik sehingga menggunakan akalnya untuk hal-hal buruk atau tidak sesuai dengan moral dan etika yang diajarkan oleh agama,oleh karena itu kemampuan berfikir itu haruslah dibatasi oleh qalbu/keimanan agar kita selalu berfikir untuk hal-hal yang baik,sehingga terciptalah keharmonisan antara hati dan fikiran yang dilandasi oleh keimanan.
Berfikirlah kamu diatas hatimu(perasaanmu),Batasilah pemikiranmu dengan keimananmu(agamamu)”
Sumber : https://regafelix.wordpress.com/2010/10/08/filsafat-akal-dan-hati/