Aliran krititisme oleh Immanuel Kant
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Dalam
sejarah perkembangan filsafat sejak zaman pra-Yunani kuno hingga abad XX
sekarang ini, telah banyak aliran filsafat bermunculan. Setiap aliran filsafat
memiliki kekhasan masing-masing sesuai dengan metode yang dijalankan dalam
rangka memperoleh kebenaran.
Sejarah
filsafat adalah sejarah pertarungan akal dan hati (iman) dalam berebut dominasi
mengendalikan jalan hidup manusia. Kadang-kadang akal menang mutlak,
kadang-kadang iman yang menang mutlak. Kedua-duanya membahayakan hidup manusia.
Yang menguntungkan hidup manusia ialah bila akal dan iman mendominasi hidup
manusia secara seimbang.
Di
dalam ilmu filsafat terdapat beberapa aliran-aliran filsafat, diantaranya
adalah aliran rasionalisme, idealism, empirisisme, positivisme, marxisme, dan
yang terakhir adalah aliran yang dibawa oleh Immanuel Kant yaitu aliran
kritisisme.
Karena banyaknya aliran-aliran filsafat inilah timbul
aliran kritisisme yang dibawa oleh Kant. Dimana aliran Kant ini adalah aliran
yang sampai sekarang masih bisa diterima oleh banyak penganut filosofi
dikarenakan pahamnya yang menggabungkan antara paham empirisisme dan
rasionalisme.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1.
Bagaimana Sejarah
singkat Immanuel Kant?
1.2.2.
Apakah yang di maksud
Kritisisme itu?
1.2.3.
Bagaimana Kritisisme
Immanuel Kant?
1.2.4.
Apa saja Tiga Pokok
Pemikiran Immanuel Kant?
1.3.Tujuan Penulisan
1.3.1.
Untuk mengetahui Sejarah
singkat Immanuel Kant.
1.3.2.
Untuk mengetahui maksud
dari Kritisisme.
1.3.3.
Untuk mengetahui
Kritisisme Immanuel Kant.
1.3.4.
Untuk mengetahui Tiga
Pokok Pemikiran Immanuel Kant
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Sejarah Singkat Immanuel Kant (1724-1804)
Sejarah
Filsafat adalah sejarah pertarungan akal dan hati (iman) dalam berebut dominasi
mengendalikan jalan hidup manusia.
Immanuel
Kant lahir di Konisberg, Prusia, pada tahun 1724. Ia tidak pernah meninggalkan
desa kelahirannya kecuali beberapa waktu singkat karena memberi kuliah di desa
tetangganya. Profesor ini sangat doyan memberikan kuliah geografi dan
etnologi. Ibunya amat taat terhadap agama, dan Kant sendiri amat tekun
melaksanakan agamanya.
Pada
tahun 1755 Kant memulai karirnya sebagai dosen swasta di Universitas Konisberg.
Kemudian dia diangkat menjadi profesor logika dan metafisika pada tahun 1770.
Sebagai seorang dosen dia menerapkan salah satu prinsipnya ialah perlunya
mahasiswa yang berprestasi sedangan ditolong. Pada usia empat puluh dua tahun
ia menyatakan bahwa ia merasa beruntung karena menyenangi metafisika, dan ia
menaburkan beberapa uraian-uraian filosofis yang mendalam mengenai hal tersebut
bahkan ia berani menyerang metafisikawan. Sebelum tertarik pada metafisika, ia
lebih dahulu menyenangi pengetahuan yang bukan metafisika. Ia menulis mengenai
planet, gempa, api, angin, eter, gunung, bumi, etnologi dan ratusan objek
lainnya yang tidak berhubungan dengan metafisika.
Kehidupan
Kant, menurut salah seorang penulis biografi berlangsung menurut aturan yang
tegas: bangun, minum kopi, menulis, memberi kuliah, makan, jalan-jalan,
masing-masing mempunyai waktunya sendiri. Secara fisik ia memerlukan perawatan
dokter, tetapi ia hidup sampai usia delapan puluh tahun. Ia memang filosof
tulen. Ia berfikir terlebih dahulu sebelum berbuat. Dan Kant pada umur dua
puluh tahun telah menyatakan, “Saya sudah menetapkan jalan yang pasti. Saya
ingin belajar, tidak satu pun yang dapat menghalangi saya dalam mencapai tujuan
ini.” Melalui berbagai kondisi ia terus menyelesaikan karya besarnya selama
lima belas tahun. Buku pertamanya yang berjudul Critique Of Pure Reason (pembahasan mengenai akal murni) merupakan
suatu pembahasan yang mengenai pembelaan terhadap sains dan serangan skeptisme.
2.2. Kritisisme
Secara
harfiah, kata kritik berarti pemisahan. Filsafat Kant berusaha membeda-bedakan
antara pengenalan yang murni dan yang tidak murni, yang tiada kepastiannya. Ia
ingin membersihkan pengenalan dari keterikatan kepada segala penampakan yang
bersifat sementara. Jadi filsafatnya dimaksud sebagai penyadaran atas
kemampuan-kemampuan rasio secara obyektif dan menentukan batas-batas
kemampuannya untuk memberi tempat iman dan kepercayaan.
Filsafat Kant merupakan titik tolak periode baru
bagi filsafat barat. Ia menyimpulkan dan mengatasi aliran rasionalisme dan
empirisme. Pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme,
tetapi kemudian tepengaruh oleh empirisnya (Hume). Walaupun demikian,
Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui bahwa empirisme
terkadang skep-tisisme. Untuk itu, ia tetap mengakui kebenaran ilmu, dan dengan
akal manusia akan dapat mencapai kebenaran. (1986:88)
Akhirnya Kant mengakui peranan akal dan keharusan
empiri, kemudian dicobanya mengadakan sintesis. Walaupun pengetahuan bersumber
dari akal (rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dati benda (empirisme).
Ibarat burung terbang harus mempunyai sayap (rasio) dan udara (empiri).
Jadi, metode berpikirnya disebut kritis. Walaupun ia
mendasarkan diri pada nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari
adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal. Sehingga akal mengenal
batas-batasnya. Karena itu aspek irrasionalitas dari kehidupan dapat diterima
kenyataanya. (2008:140)
Adapun ciri-ciri Kritisisme adalah adalah
sebagai berikut:
a. Menganggap
obyek pengenalan berpusat pada subyek dan bukan pada obyek.
b. Manegaskan
keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat
sesuatu, rasio hanya mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
c. Menjelaskan
bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara
peranan unsur a priori yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan
waktu dan peranan unsure aposteriori yang berasal dari pengalaman yang
berupa materi.
2.3. Kritisisme
Immanuel Kant.
Immanuel Kant memulai filsafatnya
dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan
manusia. Isi utama dari kritisisme adalah gagasan Immanuel Kant tentang teori
pengetahuan, etika, dan estetika. (2008:282). Setelah Kant mengadakan
penyelidikan (Kritik) terhadap pengetahuan akal, setelah itu, manusia terasa
bebas dari otoritas yang datangnya dari luar manusia, demi kemajuan /peradaban
manusia. (2008:156)
Immanuel kant mengkritik empirisme, ia berpendapat
bahwa empirisme harus dilandasi dengan teori- teori dari rasionalisme sebelum
dianggap sah melalui proses epistomologi, itu merupakan penjelasan melalui
bukunya yang berjudul critique of pure reason (kritik atas rasio murni), selain
karyanya tersebut Immanuel kant juga menulis buku yang menyatakan filsafat
kritisisme yaitu adalah Critique of Practical Reason (Kritik Atas
Rasio Praktis) yang terakhir adalah Critique of Judgment ( Kritik
Atas Pertimbangan ).
2.4. Tiga Pokok
Pemikiran Immanuel Kant.
a) Panca
indera,akal budi,rasio.Kita sudah tahu tentang imperisme yang mementingkan
pengalaman inderawi dalam memperoleh pengetahuan dan rasionalisme yang
mengedepankan penggunaan rasio daam memperoleh pengetahuan. Tetapi,rasio yang
kita ketahui adalah sama dengan akal dan logis. Namun Kant memberi definisi
berbeda menurut Kant rasio mempunyai arti kata baru bukan lagi langsung kepada
pemikiran tetapi, sebagai sesuatu yang
ada di “belakang akal budi” dan pengalaman indera. Dari sini dapat di pilah
bahwa ada 3 unsur ; akal, budi, rasio dan pengalaman inderawi.
b) Dalam
filsafatnya Kant mencoba mensinergikan antara rasionalisme dan empirisme.
Bertujuan untuk membuktikan bahwa sumber pengetahuan itu diperoleh tidak hanya
melalui satu unsur saja melainkan dari 2 unsur yakni pegalaman inderawi dan
akal budi. Pengetahuan a priori merupakan sebuah pengetahuan yang datang
lebih dulu sebelum di alami.seperti misalnya, pengetahuan tentang bahaya.
Sedangkan a posteriori sebaliknya,yaitu di alami dulu baru mengerti
misalnya dalam menyelesaikan rubix
cube . Kalau salah satunya saja yang di pakai misalnya empirisme saja atau
hanya rasionalisme saja maka pengetahuan yang di peroleh tidak sempurna bahkan
bias berlawanan. Filsafat Kant menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan gabungan
(sintesis) antara keduanya.
c) Dari
sini timbullah bahwa Kant adalah seorang yang member nuansa baru dalam bidang
filsafat. Sebelum Kant filsafat hampir
selalu memandang bahwa setiap orang ( subjek ) yang mengamati objek, tertuju
pada objek, penelitian objek dan sebagainya. Kant memberikan arah yang sama
sekali baru.merupakan kebalikan dari filsafat sebelumnya yaitu bahwa objeklah
yang harus mengarahkan diri kepada subjek. Kant dapat dikatakan sebagai seorang
revolusioner karena dalam ranah pengetahuan ia tidak memulai pengetahuan dari
objek yang ada tetapi dari yang lebih dekat terlebih dahulu yaitu si pengamat
objek (subjek).
BAB
III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Filsafat Immanuel kant yakni
kritisisme adalah penggabungan antara aliran filsafat sebelumnya yakni
Rasionalisme yang dipelopori oleh Rene Descartes dan empirisme yang dipelopori
oleh David Hume. Kant mempunyai tiga karya yang sangat penting yakni kritik
atas rasio murni, kritik atas rasio praktis, kritik atas pertimbangan. Ketiga
karyanya inilah yang sangat mempengaruhi pemikiran filosof sesudahnya, yang mau
tak mau menggunakan pemikiran kant. Karena pemikiran kritisisme mengandung
patokan-patokan berfikir yang rasional dan empiris.
3.2. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan
memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf,
Alfa dan lupa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar