Kamis, 12 Januari 2017

Aliran krititisme oleh Immanuel Kant

Aliran krititisme oleh Immanuel Kant

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah perkembangan filsafat sejak zaman pra-Yunani kuno hingga abad XX sekarang ini, telah banyak aliran filsafat bermunculan. Setiap aliran filsafat memiliki kekhasan masing-masing sesuai dengan metode yang dijalankan dalam rangka memperoleh kebenaran.
Sejarah filsafat adalah sejarah pertarungan akal dan hati (iman) dalam berebut dominasi mengendalikan jalan hidup manusia. Kadang-kadang akal menang mutlak, kadang-kadang iman yang menang mutlak. Kedua-duanya membahayakan hidup manusia. Yang menguntungkan hidup manusia ialah bila akal dan iman mendominasi hidup manusia secara seimbang.
Di dalam ilmu filsafat terdapat beberapa aliran-aliran filsafat, diantaranya adalah aliran rasionalisme, idealism, empirisisme, positivisme, marxisme, dan yang terakhir adalah aliran yang dibawa oleh Immanuel Kant yaitu aliran kritisisme.
Karena banyaknya aliran-aliran filsafat inilah timbul aliran kritisisme yang dibawa oleh Kant. Dimana aliran Kant ini adalah aliran yang sampai sekarang masih bisa diterima oleh banyak penganut filosofi dikarenakan pahamnya yang menggabungkan antara paham empirisisme dan rasionalisme.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1.      Bagaimana Sejarah singkat Immanuel Kant?
1.2.2.      Apakah yang di maksud Kritisisme itu?
1.2.3.      Bagaimana Kritisisme Immanuel Kant?
1.2.4.      Apa saja Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant?
1.3.Tujuan Penulisan
1.3.1.      Untuk mengetahui Sejarah singkat Immanuel Kant.
1.3.2.      Untuk mengetahui maksud dari Kritisisme.
1.3.3.      Untuk mengetahui Kritisisme Immanuel Kant.
1.3.4.      Untuk mengetahui Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant
BAB II
PEMBAHASAN
 
2.1. Sejarah Singkat Immanuel Kant (1724-1804)
            Sejarah Filsafat adalah sejarah pertarungan akal dan hati (iman) dalam berebut dominasi mengendalikan jalan hidup manusia.
Immanuel Kant lahir di Konisberg, Prusia, pada tahun 1724. Ia tidak pernah meninggalkan desa kelahirannya kecuali beberapa waktu singkat karena memberi kuliah di desa tetangganya. Profesor ini sangat doyan memberikan kuliah geografi dan etnologi. Ibunya amat taat terhadap agama, dan Kant sendiri amat tekun melaksanakan agamanya.
Pada tahun 1755 Kant memulai karirnya sebagai dosen swasta di Universitas Konisberg. Kemudian dia diangkat menjadi profesor logika dan metafisika pada tahun 1770. Sebagai seorang dosen dia menerapkan salah satu prinsipnya ialah perlunya mahasiswa yang berprestasi sedangan ditolong. Pada usia empat puluh dua tahun ia menyatakan bahwa ia merasa beruntung karena menyenangi metafisika, dan ia menaburkan beberapa uraian-uraian filosofis yang mendalam mengenai hal tersebut bahkan ia berani menyerang metafisikawan. Sebelum tertarik pada metafisika, ia lebih dahulu menyenangi pengetahuan yang bukan metafisika. Ia menulis mengenai planet, gempa, api, angin, eter, gunung, bumi, etnologi dan ratusan objek lainnya yang tidak berhubungan dengan metafisika.
Kehidupan Kant, menurut salah seorang penulis biografi berlangsung menurut aturan yang tegas: bangun, minum kopi, menulis, memberi kuliah, makan, jalan-jalan, masing-masing mempunyai waktunya sendiri. Secara fisik ia memerlukan perawatan dokter, tetapi ia hidup sampai usia delapan puluh tahun. Ia memang filosof tulen. Ia berfikir terlebih dahulu sebelum berbuat. Dan Kant pada umur dua puluh tahun telah menyatakan, “Saya sudah menetapkan jalan yang pasti. Saya ingin belajar, tidak satu pun yang dapat menghalangi saya dalam mencapai tujuan ini.” Melalui berbagai kondisi ia terus menyelesaikan karya besarnya selama lima belas tahun. Buku pertamanya yang berjudul Critique Of Pure Reason  (pembahasan mengenai akal murni) merupakan suatu pembahasan yang mengenai pembelaan terhadap sains dan serangan skeptisme.
2.2. Kritisisme
      Secara harfiah, kata kritik berarti pemisahan. Filsafat Kant berusaha membeda-bedakan antara pengenalan yang murni dan yang tidak murni, yang tiada kepastiannya. Ia ingin membersihkan pengenalan dari keterikatan kepada segala penampakan yang bersifat sementara. Jadi filsafatnya dimaksud sebagai penyadaran atas kemampuan-kemampuan rasio secara obyektif dan menentukan batas-batas kemampuannya untuk memberi tempat iman dan kepercayaan.
Filsafat Kant merupakan titik tolak periode baru bagi filsafat barat. Ia menyimpulkan dan mengatasi aliran rasionalisme dan empirisme. Pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian tepengaruh oleh empirisnya (Hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui bahwa empirisme terkadang skep-tisisme. Untuk itu, ia tetap mengakui kebenaran ilmu, dan dengan akal manusia akan dapat mencapai kebenaran. (1986:88)
Akhirnya Kant mengakui peranan akal dan keharusan empiri, kemudian dicobanya mengadakan sintesis. Walaupun pengetahuan bersumber dari akal (rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dati benda (empirisme). Ibarat burung terbang harus mempunyai sayap (rasio) dan udara (empiri).
Jadi, metode berpikirnya disebut kritis. Walaupun ia mendasarkan diri pada nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal. Sehingga akal mengenal batas-batasnya. Karena itu aspek irrasionalitas dari kehidupan dapat diterima kenyataanya. (2008:140)
 Adapun ciri-ciri Kritisisme adalah adalah sebagai berikut:
a.       Menganggap obyek pengenalan berpusat pada subyek dan bukan pada obyek.
b.      Manegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu, rasio hanya mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
c.       Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur a priori yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsure aposteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.
2.3. Kritisisme Immanuel Kant.
            Immanuel Kant memulai filsafatnya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Isi utama dari kritisisme adalah gagasan Immanuel Kant tentang teori pengetahuan, etika, dan estetika. (2008:282). Setelah Kant mengadakan penyelidikan (Kritik) terhadap pengetahuan akal, setelah itu, manusia terasa bebas dari otoritas yang datangnya dari luar manusia, demi kemajuan /peradaban manusia. (2008:156)
Immanuel kant mengkritik empirisme, ia berpendapat bahwa empirisme harus dilandasi dengan teori- teori dari rasionalisme sebelum dianggap sah melalui proses epistomologi, itu merupakan penjelasan melalui bukunya yang berjudul critique of pure reason (kritik atas rasio murni), selain karyanya tersebut Immanuel kant juga menulis buku yang menyatakan filsafat kritisisme yaitu adalah Critique of  Practical Reason (Kritik Atas Rasio Praktis) yang terakhir adalah Critique of  Judgment ( Kritik Atas Pertimbangan ).
2.4. Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant.
a)      Panca indera,akal budi,rasio.Kita sudah tahu tentang imperisme yang mementingkan pengalaman inderawi dalam memperoleh pengetahuan dan rasionalisme yang mengedepankan penggunaan rasio daam memperoleh pengetahuan. Tetapi,rasio yang kita ketahui adalah sama dengan akal dan logis. Namun Kant memberi definisi berbeda menurut Kant rasio mempunyai arti kata baru bukan lagi langsung kepada pemikiran  tetapi, sebagai sesuatu yang ada di “belakang akal budi” dan pengalaman indera. Dari sini dapat di pilah bahwa ada 3 unsur ; akal, budi, rasio dan pengalaman inderawi.
b)      Dalam filsafatnya Kant mencoba mensinergikan antara rasionalisme dan empirisme. Bertujuan untuk membuktikan bahwa sumber pengetahuan itu diperoleh tidak hanya melalui satu unsur saja melainkan dari 2 unsur yakni pegalaman inderawi dan akal budi. Pengetahuan a priori merupakan sebuah pengetahuan yang datang lebih dulu sebelum di alami.seperti misalnya, pengetahuan tentang bahaya. Sedangkan a posteriori sebaliknya,yaitu di alami dulu baru mengerti misalnya dalam menyelesaikan  rubix cube . Kalau salah satunya saja yang di pakai misalnya empirisme saja atau hanya rasionalisme saja maka pengetahuan yang di peroleh tidak sempurna bahkan bias berlawanan. Filsafat Kant menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan gabungan (sintesis) antara keduanya.
c)      Dari sini timbullah bahwa Kant adalah seorang yang member nuansa baru dalam bidang filsafat. Sebelum Kant filsafat  hampir selalu memandang bahwa setiap orang ( subjek ) yang mengamati objek, tertuju pada objek, penelitian objek dan sebagainya. Kant memberikan arah yang sama sekali baru.merupakan kebalikan dari filsafat sebelumnya yaitu bahwa objeklah yang harus mengarahkan diri kepada subjek. Kant dapat dikatakan sebagai seorang revolusioner karena dalam ranah pengetahuan ia tidak memulai pengetahuan dari objek yang ada tetapi dari yang lebih dekat terlebih dahulu yaitu si pengamat objek (subjek).
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Filsafat Immanuel kant yakni kritisisme adalah penggabungan antara aliran filsafat sebelumnya yakni Rasionalisme yang dipelopori oleh Rene Descartes dan empirisme yang dipelopori oleh David Hume. Kant mempunyai tiga karya yang sangat penting yakni kritik atas rasio murni, kritik atas rasio praktis, kritik atas pertimbangan. Ketiga karyanya inilah yang sangat mempengaruhi pemikiran filosof sesudahnya, yang mau tak mau menggunakan pemikiran kant. Karena pemikiran kritisisme mengandung patokan-patokan berfikir yang rasional dan empiris.
3.2. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar