Sejarah Singkat suku Baduy ( urang Kanekes )
Suku
baduy berasal dari 3 tempat sehingga baik dari cara berpakaian, penampilan
serta sifatnya pun sangat berbeda.Kini, Masa Sekarang sebutan bagi suku Baduy
terdiri dari :
1. Suku
Baduy Dalam yang artinya suku Baduy yang berdomisili di Tiga Tangtu ( Kepuunan
) yakni Cibeo, Cikeusik dan Cikertawana.
2. Suku
Baduy Panamping artinya suku Baduy yang bedomisili di luar Tangtu yang
menempati di 27 kampung di desa Kanekes yang masih terikatoleh Hukum adat dibawah
pimpinan Puuun ( kepala adat ).
3. Suku
Baduy Muslim yaitu suku Baduy yang telah dimukimkan dan telah mengikuti ajaran
agama Islam dan prilakunya telah mulai mengikuti masyarakat luar serta sudah
tidak mengikuti Hukum adat.
Adapun
sebutan siku Baduy menurut cerita adalah asalnya dari kata Badui, yakni sebutan
dari golongan/ kaum Islam yang maksudnya karena suku itu tidak mau mengikuti
dan taat kepada ajaran agama Islam, sedangkan disaudi Arabia golongan yang
seperti itu disebut Badui maksudnya golongan yang membangkang tidak mau tunduk
dan sulit di atur sehingga dari sebutan Badui inilah menjadi sebutan Suku
Baduy.
A. SEJARAH SUKU BADUY (ORANG KANEKES )
Suku
Baduy atau Kanekes merupakan suatu kelompok masyarakat Sunda, terletak di
Kab.Lebak, Banten.Sebutan “Baduy” merupakan sebutan yang diberikan oleh
penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para
peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi
yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain
adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara
dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang
Kanekes atau “orang Kanekes” sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan
yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo.
Dan Menurut Para sepuh atau Kokolot Jaman dulu.Bahwa suku Baduy atau Urang Kanekes Berasal dari tiga tempat, sehingga ada perbedaan diantara mereka pula.
Dan Menurut Para sepuh atau Kokolot Jaman dulu.Bahwa suku Baduy atau Urang Kanekes Berasal dari tiga tempat, sehingga ada perbedaan diantara mereka pula.
1.
Berasal dari Kerajaan Padjajaran/Bogor.
Konon
pada sekitar abad ke XI dan XII Kerajaan Pajajaran menguasai seluruh tanah
Pasundan yakni dari Banten, Bogor, priangan samapai ke wilayah Cirebon, pada
waktu itu yang menjadi Rajanya adalah PRABU BRAMAIYA MAISATANDRAMAN dengan
gelar PRABU SILIWANGI.
Kemudian
pada sekitar abad ke XV dengan masuknya ajaran Agama Islam yang dikembangkan
oleh saudagar-saudagar Gujarat dari Saudi Arabia dan Wali Songo dalam hal ini
adalah SUNAN GUNUNG JATI dari Cirebon, dari mulai Pantai Utara sampai ke selatan
daerah Banten, sehingga kekuasaan Raja semakin terjepit dan rapuh dikarenakan
rakyatnya banyak yang memasuki agama Islam. Akhirnya raja beserta senopati dan
para ponggawa yang masih setia meninggalkan keraan masuk hutan belantara kearah
selatan dan mengikuti Hulu sungai, mereka meninggalkan tempat asalnya dengan
tekad seperti yang diucapkan pada pantun upacara Suku Baduy “ Jauh teu puguh nu
dijugjug,
leumpang teu puguhnu diteang , malipir dina gawir, nyalindung dina gunung, mending keneh lara jeung wiring tibatan kudu ngayonan perang jeung paduduluran nu saturunan atawa jeung baraya nu masih keneh sa wangatua”
leumpang teu puguhnu diteang , malipir dina gawir, nyalindung dina gunung, mending keneh lara jeung wiring tibatan kudu ngayonan perang jeung paduduluran nu saturunan atawa jeung baraya nu masih keneh sa wangatua”
Artinya
: jauh tidak menentu yang tuju ( Jugjug ),berjalan tanpa ada tujuan, berjalan
ditepi tebing, berlindung dibalik gunung, lebih baik malu dan hina dari pada
harus berperang dengan sanak saudara ataupun keluarga yang masih satu turunan “
Keturunan
ini yang sekarang bertempat tinggal di kampong Cibeo ( Baduy Dalam ) dengan
ciri-ciri : berbaju putih hasil jaitan tangan ( baju sangsang ), ikat kepala
putih, memakai sarung biru tua ( tenunan sendiri ) sampai di atas lutut, dan
sipat penampilannya jarang bicara ( seperlunya ) tapir amah, kuat terhadap
Hukum adat, tidak mudah terpengaruh, berpendirian kuat tapi bijaksana.
2.
Berasal dari Banten Girang/Serang
Menurut
cerita yang menjadi senopati di Banten pada waktu itu adalah putra dari Prabu
Siliwangi yang bernama Prabu Seda dengan gelar Prabu Pucuk Umun setelah Cirebon
dan sekitarnya dikuasai oleh Sunan Gunung Jati, maka beliau mengutus putranya
yang bernama Sultan Hasanudin bersama para prajuritnya untuk mengembangkan
agama Islam di wilayah Banten dan sekitarnya. Sehingga situasi di Banten Prabu
Pucuk Umun bersama para ponggawa dan prajurutnya meninggalkan tahta di Banten
memasuki hutan belantara dan menyelusuri sungai Ciujung sampai ke Hulu sungai ,
maka tempat ini mereka sebut Lembur Singkur Mandala Singkah yang maksudnya
tempat yang sunyi untuk meninggalkan perang dan akhirnya tempat ini disebut
GOA/ Panembahan Arca Domas yang sangat di keramatkan.
Keturunan
ini yang kemudian menetap di kampung Cikeusik ( Baduy Dalam ) dengan Khas sama
dengan di kampong Cikeusik yaitu : wataknya keras,acuh, sulit untuk diajak
bicara ( hanya seperlunya ), kuat terhadap hukum Adat, tidak mudah menerima
bantuan orang lain yang sifatnya pemberian, memakai baju putih ( blacu ) atau
dari tenunan serat daun Pelah, iket kepala putih memakai sarung tenun biru tua
( diatas lutut ).
3.
Berasal dari Suku Pangawinan ( campuran )
Yang
dimaksud suku Pengawinan adalah dari percampuran suku-suku yang pada waktu itu
ada yang berasal dari daerah Sumedang, priangan, Bogor, Cirebon juga dari
Banten.Jadi kebanyakanmereka itu terdiri dari orang-orang yang melangggar adat
sehingga oleh Prabu Siliwangi dan Prabu Pucuk Umun dibuang ke suatu daerah
tertentu. Golongan inipun ikut terdesak oleh perkembangan agama Islam sehingga
kabur terpencar kebeberapa daerah perkampungan tapi ada juga yang kabur kehutan
belantara, sehingga ada yang tinggal di Guradog kecamatan Maja, ada yang terus
menetap di kampong Cisungsang kecamatan Bayah, serta ada yang menetap di
kampung Sobang dan kampong Citujah kecamatan Muncang, maka ditempat-tempat
tersebut di atas masih ada kesamaan cirikhas tersendiri. Adapun sisanya
sebagian lagi mereka terpencar mengikuti/menyusuri sungai Ciberang, Ciujung dan
sungai Cisimeut yang masing-masing menuju ke hulu sungai, dan akhirnya golongan
inilah yang menetap di 27 perkampungan di Baduy Panamping ( Baduy Luar ) desa
Kanekes kecamatan Leuwidamar kabupaten Lebak dengan cirri-cirinya ; berpakaian
serba hitam, ikat kepala batik biru tua, boleh bepergian dengan naik kendaraan,
berladang berpindah-pindah, menjadi buruh tani, mudah diajak berbicara tapi
masih tetap terpengaruh adanya hukum adat karena merekan masih harus patuh dan
taat terhadap Hukum adat.
Dari
Suku Baduy panamping pada tahun 1978 oleh pemerintah diadakan proyek PKMT (pemukiman
kembali masyarakat terasing) yang lokasinya di kampung Margaluyu dan Cipangembar
desa Leuwidamar kecamatan Leuwidamar dan terus dikembangkan oleh pemerintah
proyek ini di kampung Kopo I dan II, kampung Sukamulya dan kampung Sukatani
desa Jalupangmulya kecamatan Leuwidamar .
Suku Baduy panamping yang telah dimukimkan inilah yang disebut Baduy Muslim, dikarenakan golongan ini telah memeluk agama Islam, bahkan ada yang sudah melaksanakan rukun Islam yang ke 5 yaitu memunaikan ibadah Haji.
Suku Baduy panamping yang telah dimukimkan inilah yang disebut Baduy Muslim, dikarenakan golongan ini telah memeluk agama Islam, bahkan ada yang sudah melaksanakan rukun Islam yang ke 5 yaitu memunaikan ibadah Haji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar