HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN FILSAFAT
Filsafat adalah
hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan
sedalam-dalamnya. Dalam penyelidikannya, filsafat memang bertengkar dari pada
yang dialami manusia, karena tak ada pengetahuan jika tidak bersentuhan lebih
dahulu dengan indra, sedangkan ilmu yang hendak menelaah hasil pengindraaan itu
tidak mungkin mengambil keputusan dengan menjalankan pikiran, tanpa menggunakan
dalil dan hukum pikiran yang tidak mungkin dialaminya. Bahkan pikiran manusia
itu ada serta mampu mencapai bagaimana budi manusia dapat mencapai kebenaran
itu.
Sebaliknya,
filsafat pun memerlukan data dari ilmu. Jika, ahli filsafat manusia hendak
menyelidiki manusia itu serta hendak menentukan apakah manusia itu, ia memang
harus mengetahui gejala tindakan manusia. Dalam dengan hasil penyelidikannya.
Kesimpulan filsafat tentang kemanusiaan akan sangat pincang dan mungkin jauh
dari kebenaran jika tidak menghiraukan hasil psikologi (Poedjawijatna, 1991).
Dalam berbagai
literatur disebutkan, sebelum menjadi disiplin ilmu yang mansiri, psikologi
memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafati yang hingga
sekarang masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan menjelaskan
apa-apa yang berfikir dan terasa oleh organ-organ biologis (jasmaniah). Adapun
dalam filsafati yang memecahkan masalah-masallah rumit yang berkaitan dengan
akal, kehendak, dan pengetahuan.
Bruno, seperti
dikutip Syah (1995:8), membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada
prinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah ilmu
pengetahuan mengenai “roh'. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan
mengenai “kehidupan mental', Ketiga, Psikologi adalah ilmu pengetahun
mengenai :roh”, Kedua,psikologi adalah ilmu pengetahuan “mengenai
mental”, Ketiga psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah
laku” organisme.
Pengertian
pertama merupakan definisi yang paling kuno dan klasik (bercita rasa tinggal
dan bersejarah) yang berhubungan dengan filsafati Plato (427-347 SM) dan
Aristoteles (384-322 SM). Mereka menganggap bahwa kesadaran manusia berhubungan
dengan rohnya. Oleh karena itu, studi mengenai kesadaran dan proses mental manusia
merupakan bagian dari studi tentang roh.
Sumber: Psikologi Umum. Drs. Alex Sobur, M. Si.
Sumber: Psikologi Umum. Drs. Alex Sobur, M. Si.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar